Bukan Sekadar Membaca: Membaca Aktif Seperti Soekarno | GUBUK


Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs GUBUK

Bukan Sekadar Membaca: Membaca Aktif Seperti Soekarno


Kategori: Artikel

Cara untuk membuat tertidur lelap ketika membaca jauh lebih mudah untuk dilakukan daripada mempertahankan kita terjaga selama membaca. Mungkin pembaca sangat akrab dengan tips tidur lewat membaca:

  1. Berbaringlah di atas kasur, buat posisi badan senyaman mungkin.

  2. Pastikan cahaya cukup redup agar mata semakin mudah lelah.

  3. Pilih buku yang sulit untuk kamu pahami atau buku yang sangat membosankan.

Hanya dalam beberapa menit saja sang pembaca buku akan jatuh tertidur.

Bahkan, bagi orang-orang yang sudah 'berpengalaman' tidak perlu menunggu sampai malam tiba. Tempat duduk di dalam perpustakaan dapat membuatnya terlelap dengan cepat.

Sayangnya, jauh lebih sulit bagi orang yang ingin terus terjaga selama membaca buku. Walau mempraktikkan kebalikan dari tiga tips di atas, bukan berarti akan membuat kita tetap fokus membaca buku sampai selesai. Bahkan, masih sangat mungkin bagi kita untuk tetap terjaga ketika membaca di kursi yang nyaman atau bahkan di atas tempat tidur sekalipun. Lalu, apa yang membuat seorang pembaca bisa tetap terjaga hingga bukunya selesai ia baca?

Dalam How to Read A Book, Mortimer J. Adler menyebutkan bahwa hal yang membuat kita terus membaca sangat bergantung pada keaktifan kita dalam membaca buku. Bukan sekadar menjadi pembaca, namun menjadi pembaca yang sangat aktif.

Tentu saja tidak ada yang namanya pembaca pasif. Sangat tidak mungkin seseorang bisa membaca pasif, yang matanya tidak bergerak sama sekali dan pikirannya 'tertidur lelap'. Membaca itu pasti aktif, hanya saja ada yang membaca lebih atau kurang aktif. Perbedaan keaktifan membaca tergantung dari dua hal: kemauan dan kemampuan. Semakin tinggi dua hal ini dimiliki seseorang, semakin mampu ia menyerap pengetahuan.

Untuk mendalami kemauan dan kemampuan membaca aktif ini, kita bisa belajar banyak dari Soekarno, salah satu proklamator kemerdekaan negeri ini. Soekarno pembaca yang sangat aktif. Rasa sukanya pada buku tumbuh ketika dibina di rumah Pak Tjokro. Setelah kuliah di Bandung, makin terpuaskan hasrat membaca Soekarno dengan adanya perpustakaan kampus. Ir. Sutoto, rekan mahasiswa Soekarno, kagum atas kecepatan baca Soekarno dan ingin mengetahui buku apa saja yang dibaca Soekarno. Soekarno kebanyakan membaca sastra, politik, dan humaniora (sejarah, filsafat, hukum, bahasa, dan seni).

Kemauan dan kemampuan membaca ini membuat Soekarno disanjung pemimpin dunia lainnya. Presiden Amerika Serikat saat itu, John F. Keneddy, pernah berkata pada Soekarno, "Presiden Sukarno, saya sangat mengagumi Tuan. Seperti saya sendiri, Tuan mempunyai pikiran yang senantiasa menyelidiki dan bertanya-tanya. Tuan membaca segala-galanya. Tuan sangat banyak mengetahui."

Soekarno mengasah kemauan membaca aktif dengan mengembangkan rasa ingin tahu dan imajinasinya. Dalam Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Soekarno berujar,

"Aku menyelam sama sekali ke dalam dunia kebatinan ini. Dan disana aku bertemu dengan orang-orang besar. Buah pikiran mereka menjadi buah pikiranku. Cita-cita mereka adalah pendirian dasarku. Secara mental aku berbicara dengan Thomas Jefferson. Aku merasa dekat dan bersahabat dengan dia karena dia berceritera kepadaku tentang Declaration of Independence yang ditulisnya ditahun 1776. Aku memperbincangkan persoalan George Washington dengan dia. Aku mendalami lagi perjalanan Paul Revere. Aku dengan sengaja mencari kesalahan-kesalahan dalam kehidupan Abraham Lincoln sehingga aku dapat mempersoalkan hal ini dengan dia. Pada waktu sekarang, apabila ada orang menegur, ‘Hai Sukarno, mengapa engkau tidak suka kepada Amerika?’ maka aku akan menjawab: ‘Apabila engkau mengenal Sukarno, engkau tidak akan mengajukan pertanyaan itu?’ Masa mudaku kupergunakan untuk memuja bapak-bapak perintis dari Amerika. Aku ingin berlomba dengan pahlawan-pahlawannya. Aku mencintai rakyatnya. Dan aku masih mencintainya. Bahkan sekarangpun aku masih membaca majalah Amerika dari Vogue sampai ke Nugget. Aku akan selalu merasa berkawan dengan Amerika. Ya, berkawan. Aku mengatakannya secara terbuka. Aku menuliskan tentang diriku sendiri. Kunyatakan ini dengan tercetak. Suatu pendirian dasar seperti yang kumiliki takkan dapat membiarkanku tidak berkawan dengan Amerika. Di dalam dunia pemikiranku akupun berbicara dengan Gladstone dari Britannia ditambah dengan Sidney dan Beatrice Webb yang mendirikan Gerakan Buruh Inggris aku berhadapan muka dengan Mazzini, Cavour dan Garibaldi dari Italia. Aku berhadapan dengan Otto Bauer dan Adler dari Austria.

"Aku berhadapan dengan Karl Marx, Friedrich Engels dan Lenin dari Rusia dan aku mengobrol dengan Jean Jacques Rousseau, Aristide Briand, dan Jean Jaures, ahli pidato terbesar dalam sejarah Perancis. Aku meneguk semua cerita ini. Kualami kehidupan mereka. Aku sebenarnya adalah Voltaire. Aku adalah Danton pejuang besar dari Revolusi Perancis. Seribu kali aku menyelamatkan Perancis seorang diri dalam kamarku yang gelap. Aku menjadi tersangkut secara emosional dengan negarawan-negarawan ini. Di sekolah kami mendengarkan pelajaran tentang pengadilan rakyat dari bangsa Yunani kuno. Ia melekat dalam pikiranku. Aku membayangkan pemikir-pemikir yang sedang marah selagi berpidato dan meneriakkan semboyan-semboyan seperti ‘Persetan dengan Penindasan’ dan ‘Hidup Kemerdekaan.’ Hatiku terbakar menyala-nyala. Macam itu, ketika semua orang sudah mengunci pintu, kamar kandang ayamku menjadi ruang pengadilan aku sebagai seorang pemuda Yunani yang terbakar oleh antusiasme."

Rasa ingin tahu dan imajinasi ini meningkatkan kemampuan Soekarno untuk membaca. Ketika membuka sebuah buku, Soekarno memiliki pertanyaan-pertanyaan yang sangat ingin ia jawab. Pertanyaan yang ia dapat dari masalah kehidupan. Ia percaya bahwa orang lain sudah bisa menjawab pertanyaannya dan menuangkan gagasan mereka dalam buku.

itu, Soekarno juga melatih kemampuan teknis membaca aktif. Buku Soekarno Muda karya Budhi Wuryanto menjelaskan kebiasaan Soekarno saat membaca. Soekarno biasa memberi garis bawah pada kalimat-kalimat yang ia anggap penting. Paragraf-paragraf tertentu ia beri lingkaran. Soekarno menuliskan catatan di pinggir halaman. Ia memberi tanda halaman buku yang berisi gagasan-gagasan yang ia setujui maupun tidak ia setujui. Jika kita membuka buku yang pernah ia baca, kita akan mengetahui alur pikiran Soekarno. Buku-buku perpustakaan yang pernah ia pinjam pasti menjadi penuh coretan Soekarno.

Kemauan untuk membaca harus dibarengi dengan kemampuan membaca aktif. Banyak yang tertidur saat membaca buku yang bagus itu sebenarnya memiliki kemauan keras untuk membaca, namun tidak tahu caranya. Kemampuan membaca aktif bisa dilatih dengan mengembangkan rasa ingin tahu dan imajinasi, yakni membuat tujuan dari membaca satu buku. "Masalah sehari-hari apa yang bisa saya jawab dengan membaca buku ini?" Selain itu, teknik membaca aktif Soekarno juga bisa kita tiru. Ruang kosong yang ada dalam buku bisa kita gunakan untuk "berkomunikasi" dengan pengarang. Menggarisbawahi, melingkari, hingga memberi komentar akan meningkatkan kemampuan membaca aktif kita.

Akan sulit ketika mulai membaca aktif karena tidak terbiasa melakukannya. Namun, membaca aktif seperti Soekarno ini bisa kita lakukan. Dan dengan melakukannya, kita bisa membaca buku dengan lebih baik lagi.


Diambil dan disunting seperlunya dari:

Nama situs : Indonesia Setara
Alamat situs atau URL : http://indonesiasetara.org/bukan-sekadar-membaca-membaca-aktif-seperti-soekarno.html
Judul artikel : Bukan Sekadar Membaca: Membaca Aktif Seperti Soekarno
Penulis artikel : tidak dicantumkan
Tanggal akses : 12 November 2013

Komentar