Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs GUBUK
Feed aggregator
SABDA Merayakan Thanksgiving Day
Mendengar kata 'ucapan syukur' tidaklah asing bagi kita karena kita seharusnya menjalani hari-hari kita dengan rasa syukur. Namun, menyediakan hari khusus untuk mengingat segala kebaikan Tuhan akan menyadarkan kita betapa hebat, dahsyat, dan mengagumkannya Tuhan kita. Karena itu, pada Kamis, 25 November 2021, SABDA mengadakan acara Thanksgiving. SABDA ingin mengajak setiap staf menyediakan waktu khusus untuk mensyukuri segala kebaikan Tuhan dalam hidupnya. Nah, pada hari itu, setiap staf SABDA terlihat begitu bersemangat dan senang mengikuti acara ini. Ya, saya juga begitu bersemangat.
Acara Thanksgiving dimulai dengan menyanyikan lagu pujian dan doa syukur secara umum untuk pertemuan hari ini. Setelah sekian lama kami tidak bernyanyi bersama, kali ini kami bisa bernyanyi kembali ... wah, suatu anugerah nih (flashback ke pandemi COVID-19 yang membuat kami memutuskan untuk tidak bernyanyi bersama demi mengurangi penyebaran virus). Pujian bersama kali ini terasa istimewa. Lagu syukur terlantun indah yang dipimpin oleh Roma dan teman-teman. Setelah itu, kami berbagi rasa syukur melalui beragam cara, ada yang menyampaikannya melalui cerita, puisi, nyanyian, sharing, dan audio feature.
Pada saat teman-teman mulai berbagi rasa syukur yang mereka alami sepanjang tahun ini, saya secara pribadi mulai flashback akan setiap kebaikan Tuhan yang diberikan kepada saya. Saya mulai teringat betapa hebatnya Tuhan menyatakan kehadiran-Nya dalam hidupku. Tahun 2021, bukanlah tahun yang mudah bagi saya karena tahun ini banyak masalah saya alami yang membuat saya harus keluar dari zona nyaman. Seorang yang senang berada di posisi pengikut harus maju untuk memimpin orang lain. Bukan hanya itu, saya juga mengalami kehilangan seseorang yang sangat berharga, tempat saya bergantung. Namun, Tuhan setia, Tuhan peduli, Dia Tuhan yang selalu ada, Dialah tempatku bergantung dan tempatku bersembunyi. Ia mengajariku melewati semuanya satu demi satu.
Di balik itu, Tuhan memberi kepercayaan mulai dari yang kecil hingga bagian yang saya merasa tidak mampu. Namun, semua itu membuat saya semakin ingin bergantung kepada Tuhan. Itu juga yang saya sharingkan kepada teman-teman SABDA.
Mengingat setiap kebaikan Tuhan sangatlah istimewa karena membuat saya sadar akan keberadaan Tuhan dalam hidupku. Teman-teman pun merasakan hal yang sama. Acara Thanksgiving ini tidak hanya berisi sharing, tetapi ada pula permainan seru-seruan yang kami sebut 'komunikata'. Kami semua terbagi menjadi 5 tim dan setiap tim terdiri dari 4 - 5 orang. Cara bermainnya adalah setiap tim berbaris, dan orang di barisan paling belakang harus menghafalkan kutipan ayat. Setelah hafal, dia harus mengungkapkannya kembali ke anggota tim di depannya tanpa melihat catatan. Begitu seterusnya sampai anggota yang paling depan mendapat giliran untuk menghafalkan. Jika anggota paling depan keliru mengungkapkan isi kutipan ayatnya, maka tim tersebut akan kalah dan mendapat hukuman. Nah, tim saya berakhir dengan mendapatkan hukuman ... hehe ... kami diminta menyanyikan lagu "Sungai Sukacita-Mu" sambil menari.
Tidaklah lengkap jika acara ditutup hanya dengan bersenang-senang. Sebelum semua rangkaian acara berakhir, kami mendapatkan renungan singkat dari salah seorang senior di SABDA. Isi renungan itu membuat saya bukan hanya berfokus kepada rasa syukur diri, melainkan untuk semua ciptaan Tuhan dan pelayanan-pelayanan yang Tuhan percayakan.
Nah, sekarang saya ingin bertanya kepada para pembaca Blog SABDA. Sudahkah Anda bersyukur hari ini? Mari kita belajar mengingat kebaikan Tuhan, mulai dari hal yang sepele hingga yang tak pernah dibayangkan. Sekian sharing dari saya. Terpujilah Tuhan!
Belajar Menulis Skrip untuk Video Kreatif
Berawal dari mendapatkan brosur digital webinar tentang penulisan skrip di salah satu grup penulisan, saya langsung terpikir "Wah, sepertinya bagus nih kalau teman-teman di SABDA juga ikutan". Akhirnya, pada Kamis, 18 November 2021, 12 staf yang biasanya terlibat dalam proses penulisan skrip mengikuti webinar ini via Zoom. Asyik!!! Karena SABDA sendiri juga sedang giat membuat video-video tutorial, edukasi, promosi, dan lain-lain, webinar ini akan menjadi salah satu kesempatan bagi kami untuk belajar lagi dan mengembangkan diri. Secara internal, kami sendiri sudah mendapatkan training-training seperti ini. Namun, kami tetap perlu belajar juga dari orang lain untuk referensi.
Webinar berjudul "Temu Online Belajar Penulisan Skrip untuk Video Kreatif" ini diselenggarakan oleh Forum Koordinasi Kehumasan Ditjen Ketenagalistrikan. Meski SABDA adalah lembaga pelayanan, tetapi kami tidak menutup kesempatan untuk bisa belajar dari banyak sumber. Acara ini memang bersifat umum/sekuler, tetapi kami ingin menambah wawasan atau referensi untuk bisa menulis skrip video dengan lebih baik lagi dalam konteks pelayanan SABDA.
Selama dua jam, pkl. 10.00 - 12.00 WIB, acara yang dihadiri lebih dari 250 orang ini berlangsung lancar. Presentasi pertama disampaikan oleh Udd Sondakh, pemegang rekor 100 kali juara 1 kompetisi video nasional. Materinya menitikberatkan pada bagaimana menggali ide, mengolah ide, dan membuat skrip dasar. Menggali ide kreatif bisa didapat dari pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, dan media, baik televisi, YouTube, maupun radio. Ide-ide yang didapat bisa diolah sesuai kepentingan, bisa dijadikan entertainment, edukasi, atau kontroversi. Perlu kreativitas dalam pembuatannya untuk menghasilkan skrip yang baik. Oh ya, skrip harus memiliki komponen opening (hook 3 - 10 detik di awal supaya menarik), konflik dan solusi, dan penutup. Untuk peralatan, bisa menggunakan beragam jenis software (Kine Master, In Shot, Adore Premiere Clip, Carve, app dari iOS atau Android).
Melanjutkan presentasi pertama, Adiep Haryadi, Chief of Information Officer (CIO) Awrago, menyampaikan mengenai "Membuat Story Board". Ibarat bepergian memerlukan peta, membuat video juga memerlukan story board supaya nantinya kita tidak tersesat dalam cerita. Story yang dimaksud adalah cerita yang menghubungkan titik awal (alasan atau masalah) dan tujuan (target atau solusi). Adieb menekankan adanya 4 proses penting dalam membuat produk kreatif, yang disebutnya dengan 4P Pembuatan Produk Kreatif:
Persiapan:
• Aktivitas: Menyusun konsep, mencari/memilih/memilah sumber informasi, menentukan prioritas informasi.
• Hasil: Taklimat (brief), sumber informasi.
Penyusunan:
• Aktivitas: Membuat storyline, membuat storyboard, mengolah informasi, dan menyusun skrip.
• Hasil: Storyboard, informasi olahan, naskah/skrip, daftar aset produksi
Pengembangan:
• Aktivitas: Produksi, pascaproduksi.
• Hasil: Draft, hasil revisi.
Penyelesaian:
• Aktivitas: Publikasi
• Hasil: Produk final
Menyimak materi di sepanjang acara ini, meski hampir 2 jam, tetap terasa santai. Ada beberapa contoh video yang diputar di sela-sela presentasi dapat membuat peserta bersemangat dan tidak jenuh mengikuti sesi demi sesi. Oh ya, di bagian terakhir presentasi, Adieb menyampaikan beberapa tips membuat story board:
• Metode membuat video: mulai dari subtansi atau mulai dari ide kreatif (riding the wave, momentum).
• Buat struktur inti: isi, penutup (kembangkan cerita dan tambahkan elemen pelengkap, misal humor atau lainnya).
• Sebagai referensi visual, cari foto free license untuk video shooting atau buat sketsa sederhana untuk animasi.
• Beda bentuk video (lifeshoot, animasi, dll.), beda detail pembuatannya.
Saya belajar banyak dari webinar ini. Salah satunya diingatkan lagi untuk memiliki kreativitas dalam menemukan dan mengolah ide, serta ketika menuangkannya menjadi skrip video. Selain saya, tentunya teman-teman SABDA lainnya yang mengikuti webinar ini juga belajar sesuatu dari materi ini. Semoga kami dapat menerapkan prinsip-prinsip baik dari materi kali ini untuk diterapkan dalam proses penulisan skrip supaya pelayanan SABDA dapat semakin maju.
Kelompok Menulis Kristen
Bagi penulis Kristen, kerja sama tim adalah kunci utama untuk keberhasilan penemuan, penegasan, dan pengembangan karunia kita!
"Jadi, memang ada banyak anggota, tetapi hanya satu tubuh. Sebab itu, mata tidak bisa berkata kepada tangan, 'Aku tidak membutuhkanmu!' Atau lagi, kepala kepada kaki, 'Aku tidak membutuhkanmu!'" (1 Korintus 12:20-21, AYT)
Jika Anda telah membeli kurikulum kelompok kecil "Calling All Writers!" (Memanggil Semua Penulis!) dan sedang mencari penulis-penulis lain untuk membentuk sebuah kelompok, berikut ini beberapa pemikiran yang kami harap bermanfaat bagi Anda.
Pertama, ada banyak penulis di luar sana yang rindu melakukan sesuatu semacam ini! Anda akan terkejut dengan berapa banyak penulis yang bisa Anda temukan saat mulai bertanya di sekitar Anda. Kami punya banyak orang yang menunjukkan minat untuk bergabung dalam kelompok kecil menulis kami, meskipun mereka tidak memiliki pengalaman menulis secara profesional. Salah seorang perempuan bahkan berkata bahwa dia tidak pernah menulis apa pun, tetapi dia merasa bahwa Allah memanggilnya untuk menulis. Dengan berinisiatif dalam bidang ini, Anda akan menolong orang lain menemukan karunia dan panggilan mereka.
Berikut ini beberapa ide khusus untuk mencari anggota kelompok.
1) Bertanyalah kepada para pemimpin gereja barangkali mereka bersedia menolong Anda membentuk sebuah kelompok kecil menulis Kristen. Kami sama sekali tidak keberatan jika Anda juga memberi tahu mereka tentang kurikulum hebat yang Anda temukan. :)
Membentuk kelompok di gereja Anda mungkin merupakan cara terbaik untuk menemukan para penulis yang sedang tidak melakukan apa pun saat ini, kecuali menulis jurnal. Sering kali, jauh dalam lubuk hati, mereka tahu bahwa mereka seharusnya melakukan lebih, tetapi mereka memerlukan katalis. Mereka perlu sesuatu untuk membangkitkan karunia yang telah Allah sediakan dan budidayakan di balik layar.
Jadilah pemimpin. Berkomitmenlah untuk menolong orang lain menemukan dan mengembangkan karunia mereka. Saat Anda melakukannya, Allah akan semakin menambahkan karunia Anda.
Membentuk sebuah kelompok di gereja Anda yang sekarang juga merupakan pilihan terbaik untuk beberapa alasan lainnya. Anda sudah memiliki koneksi dan ikatan personal. Lebih besar kemungkinannya bagi Anda untuk sama-sama setuju tentang apa yang Anda anggap sebagai dasar-dasar iman. Dalam perjalanannya, Anda mungkin juga dapat mengajak orang-orang lain di gereja Anda untuk tertarik dengan apa yang sedang Allah lakukan melalui kelompok Anda.
2) Jika Anda berjemaat di gereja kecil yang tidak memiliki sistem kelompok kecil, Anda bisa menumpang di sistem kelompok kecil dari gereja yang lebih besar di sekitar wilayah Anda.
3) Pergilah ke perpustakaan lokal dan cari tahulah apabila mereka punya cara untuk menghubungkan Anda dengan penulis-penulis Kristen lain di wilayah Anda. Mereka mungkin memiliki papan buletin atau bentuk komunikasi lain yang dapat Anda gunakan. Mereka bisa saja mengadakan acara yang memungkinkan Anda merekrut penulis-penulis lain. Bahkan, mungkin sudah ada kelompok-kelompok menulis Kristen yang bertemu secara rutin di perpustakaan lokal Anda!
4) Lakukan pencarian di Google dengan kata kunci "kelompok menulis Kristen + kota Anda" (mis. "kelompok menulis Kristen Boston"). Kota-kota kecil pun memiliki kelompok-kelompok menulis yang aktif!
5) Hadirilah konferensi menulis Kristen dan berjejaringlah dengan para penulis Kristen di sana.
6) Ajaklah para blogger dan penulis Kristen yang sudah Anda kenal. Menempuh kurikulum bersama-sama akan sangat menolong bagi para blogger yang saat ini mengerjakannya seorang diri. Allah mengerjakan karya yang hebat melalui tim!
7) Anda juga dapat memeriksa sekeliling dengan menggunakan sumber-sumber bahan yang luar biasa ini:
Kelompok Menulis Kristen Facebook: Forum-forum ini adalah tempat yang luar biasa baik untuk berkoneksi dengan penulis-penulis Kristen lain yang mungkin tertarik untuk melakukan perjalanan ini bersama Anda!
Berkomitmenlah untuk menolong orang lain menemukan dan mengembangkan karunia mereka. Saat Anda melakukannya, Allah akan semakin menambahkan karunia Anda.ChristianWriters.com: Sebuah situs yang memiliki forum-forum aktif untuk para penulis Kristen.
ChristianCreativeWriters.com: Situs hebat lain yang memiliki forum-forum aktif untuk para penulis Kristen.
ChristianForums.com: Sebuah situs dengan forum-forum Kristen aktif untuk segala topik. Kebetulan mereka juga memiliki area khusus penulis.
FaithWriters.com: Forum daring lain yang aktif dengan penulis-penulis Kristen.
Satu peringatan penting: Kami sangat menganjurkan untuk mencari penulis yang cukup dekat sehingga Anda dapat bertemu secara tatap muka seminggu sekali. Kelompok daring itu baik dan terkadang memenuhi kebutuhan kita saat tidak ada pilihan lain. Meski begitu, tidak ada yang dapat menggantikan pertemuan kelompok kecil secara tatap muka. Ditambah lagi, mengerjakan proyek kelompok secara bersama-sama dengan orang yang tidak dapat Anda ajak duduk bersama atau berbicara secara langsung menciptakan banyak tantangan yang tidak perlu. Jika dimungkinkan, hal terbaik untuk dilakukan adalah membentuk kelompok lokal.
(t/Odysius)
Diterjemahkan dari: Nama situs : Called Writers Alamat situs : https://calledwriters.com/christian-writing-groups/ Judul asli artikel : Christian Writing Groups Penulis artikel : Tidak dicantumkan Tanggal akses : 28 April 2021Menanamkan Pelayanan Misi kepada Diri Anak-Anak
Shalom pembaca setia Blog SABDA, bagaimana kabar Anda? Semoga selalu sehat dan terus dalam perlindungan Tuhan. Kali ini, saya akan berbagi apa yang saya dapatkan ketika mengikuti presentasi dalam acara EMDC Indonesia pada 9 November 2021. Acara EMDC memberi wadah bagi lembaga-lembaga pelayanan untuk berbagi visi dan misi mereka kepada sesama pelayan, terkhusus dalam bidang misi. Acara EMDC kali ini bertema 50+ Tahun Misi untuk Anak di Indonesia, yang materinya disampaikan oleh Yayasan Sunfokus Indonesia. Mengapa tema ini menarik? Karena saya dapat melihat betapa luas pelayanan misi itu, tidak hanya menjangkau orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Ternyata pelayanan Yayasan Sunfokus Indonesia pun telah berumur lebih dari 50 tahun. Sungguh luar biasa!
Bapak Lexi dan Ibu Eunike menyampaikan materinya dengan sangat antusias. Mereka berdua adalah hamba Tuhan yang sangat "concern" melayani bidang misi bagi anak. Semangat pelayanan yang terasa melalui materi presentasi ini mencerminkan betapa pentingnya pelayanan misi bagi anak-anak. Sharing dari Pak Lexi dimulai dengan latar belakang: Mengapa menanamkan misi kepada anak itu penting? Karena anak-anak memiliki potensi memberitakan Injil. Mengapa harus sejak kecil? Sebab dengan cara tersebut dapat membangun dasar iman yang kukuh sejak dini dan menolong anak menjangkau teman-teman sebayanya yang belum mengenal Kristus.
Kemudian, Pak Lexi memberikan langkah-langkah bagaimana memulai misi anak ini. Berdasarkan pengalaman beliau, ada beberapa hal yang bisa dilakukan, mulai dari memperkenalkan anak tentang ladang misi, mendidik anak berdoa bagi pekerjaan misi, memperkenalkan anak dengan tokoh-tokoh misi di dunia maupun di Alkitab, mendorong anak untuk berkontribusi dalam pekerjaan misi dengan memberikan persembahan, memperluas pengertian tentang misi melalui bercerita, mendorong anak untuk berani bersaksi tentang iman mereka, bernyanyi, sampai beberapa kegiatan lainnya yang bermanfaat untuk membangun kerinduan bermisi.
Tidak hanya kegiatan-kegiatan yang membangun iman, tim Sunfokus Indonesia juga menyediakan modul yang dapat mendukung pelayanan anak. Selain itu, tersedia juga buku-buku cerita mengenai misi yang sangat baik untuk memberi pandangan yang luas mengenai pelayanan misi.
Sharing berikutnya disampaikan oleh Ibu Eunike, yang diawali dengan cerita ketika ia melakukan tugas misi di daerah-daerah, bekerja sama dengan gereja-gereja lokal setempat dan sekolah minggu untuk menyampaikan kerinduan ini kepada anak-anak. Selain itu, beliau dapat mengenal anak-anak yang dilayani, mendengarkan cerita mereka dan latar belakang mereka, dan masih banyak hal lagi yang beliau sampaikan. Itu semua menjelaskan kepada saya bahwa pekerjaan misi dimulai dari kerinduan, yang diwujudkan dengan kepedulian terhadap yang dilayani dan pastinya butuh komitmen yang kuat dalam menjalaninya.
Pernah terbesit di pikiran saya, apakah hal ini mungkin membebani anak yang notabene masih sangat dini untuk menerima komitmen pelayanan seperti ini? Apakah kelak mereka harus fokus dalam menjalani profesi pelayanan semacam ini? Namun, dari penjelasan Pak Lexi dan Bu Eunike, justru menanamkan kerinduan misi ini penting disampaikan sejak dini dengan porsi yang tepat sesuai kebutuhan anak. Hal ini bertujuan supaya kelak ketika mereka tumbuh dewasa, mereka memiliki dasar dan kerinduan untuk menjalankan pelayanan misi melalui profesi mereka, apa pun itu profesinya dan di mana pun mereka ditempatkan.
Pandangan saya tentang misi ini perlahan mulai diperbarui. Tidak hanya orang dewasa yang bisa, tetapi anak-anak pun bisa melakukan pelayanan misi sesuai porsi mereka. Nah, semangat inilah yang perlu ditanamkan pada diri pelayan Tuhan saat ini, baik itu pelayan misi maupun guru sekolah minggu, untuk mengajarkan pentingnya penginjilan kepada anak.
Akhirnya, dengan kesadaran ini, kita seharusnya semakin termotivasi untuk maju memberitakan Kabar Baik. Memang tantangan selalu ada dalam setiap langkah, tetapi ingatlah selalu bahwa Tuhan Yesus menyertai kita semua. Amin.
Biblical Computing di Indonesia
Oleh: Renata Sandra
Dalam rangka ulang tahun ke-27, yang dirayakan selama satu bulan penuh, SABDA mengadakan beberapa program live yang tidak hanya mengangkat topik-topik seputar Spiritual Wellness, tetapi juga seputar Biblical Computing. Dewasa ini, sistem pelayanan kekristenan dituntut untuk dapat beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang tengah terjadi, termasuk perkembangan teknologi digital dan terjadinya pandemi selama 2 tahun terakhir. Saat pelayanan tidak dapat dilakukan secara tatap muka, untuk beribadah juga tidak bisa pergi ke gereja. Karena itu, saya sangat bersyukur karena dapat lebih diperlengkapi tentang pelayanan dalam konteks masa kini saat mengikuti acara SABDA MLC TechTalk "20+ Biblical Computing di Indonesia" yang diadakan pada Selasa, 26 Oktober 2021.
TechTalk tentang Biblical Computing yang dibawakan oleh Hadi dan Ody ini diawali dengan pembahasan yang disampaikan oleh Ody bahwa Biblical Computing sendiri merupakan jantung dari pelayanan Yayasan Lembaga SABDA dan tertuang dalam visi SABDA. SABDA memiliki visi untuk menjadi hamba elektronik bagi Tubuh Kristus (Gereja), yaitu dengan menjadi "Fasilitator" untuk menyediakan bahan-bahan kekristenan yang bermutu secara mudah dan gratis, menjadi "Katalisator" antara Alkitab dan masyarakat Kristen Indonesia sehingga jemaat dapat belajar Alkitab dengan lebih mudah dan bertanggung jawab dengan menggunakan sarana digital yang mutakhir, dan membangun "Infrastruktur" untuk memudahkan tubuh Kristus menemukan komunitas online yang bersinergi sehingga dapat memajukan pelayanan.
Dalam presentasi yang dipaparkan oleh Ody, disebutkan bahwa SABDA secara luas mendefinisikan Biblical Computing sebagai titik temu antara dua domain, yaitu domain Biblical Studies dan Computer Science. Pertemuan kedua domain tersebut membuka banyak pintu peluang dan kesempatan yang memungkinkan banyak hal yang tadinya tidak mungkin dilakukan. Pada era digital ini, banyak hal dapat dipelajari untuk menambah wawasan, bahkan oleh orang awam sekalipun. Orang dapat mengakses banyak hal hanya dengan satu genggaman, dan gadget yang kita gunakan sehari-hari sudah menjadi seperti pintu untuk akses ke mana saja.
SABDA menawarkan banyak cara untuk mempermudah pengguna belajar dan memahami firman Tuhan sebagaimana dijelaskan oleh Hadi dalam pemaparan selanjutnya tentang pengenalan puluhan proyek Biblical Computing yang sudah dikerjakan oleh SABDA. Di antaranya, dijelaskan mengenai Interlinear (+Builder) untuk menolong pengguna menguji terjemahan Alkitab kata per kata sehingga pengguna dapat lebih mudah memahami konteks ayat tersebut melalui banyak referensi, bahasa aslinya, berbagai terjemahannya, dan nomor Strong. Interlinear sendiri tersedia dalam berbagai versi. Selain itu, saat ini SABDA juga sedang mengerjakan Biblical Recommendation System untuk mempermudah pengguna menemukan ayat-ayat apa saja yang terkait dengan topik atau pencarian tertentu. Proyek-proyek lain yang SABDA kerjakan termasuk Alkitab Kuno, Intelligent Search, Karaoke, YOLO (Object Detection), Simple Suku Bible Study Maker, dan masih banyak lagi proyek yang dapat memperlengkapi setiap orang percaya untuk bertumbuh dalam pengenalan akan firman Tuhan.
Melalui pemaparan yang disampaikan, saya sangat terkagum atas begitu kayanya materi dan fasilitas yang SABDA sediakan untuk membantu para pengguna memahami firman Tuhan. SABDA telah mempersiapkan berbagai macam materi dalam bentuk teks, audio, video, komik, kamus, dan masih banyak lagi alat studi Alkitab lainnya, baik untuk kalangan remaja hingga dewasa maupun untuk anak-anak. Menariknya, bahan-bahan ini sudah mulai dikerjakan dan disiapkan jauh sebelum era digital belum terlalu berdampak seperti saat ini ketika kebutuhan manusia terhadap internet begitu dominan.
Dari sesi tentang Biblical Computing kali ini, saya banyak belajar bahwa dunia kini sudah berubah. Digital menguasai berbagai macam aspek kehidupan manusia. Pertanyaannya adalah bagaimana kita dapat memanfaatkan teknologi digital yang semakin maju dengan sebaik-baiknya untuk kemuliaan Tuhan dan membantu orang-orang di sekitar kita lebih mengenal Kristus, seperti yang sudah dilakukan oleh SABDA selama ini.
Belajar Mengoptimalkan Media Sosial Melalui Training YASKI
Shalom Pembaca Blog SABDA, saya akan berbagi pengalaman dan ilmu yang saya dapat dari mengikuti training media sosial. Media sosial bukanlah hal asing bagi kita saat ini. Banyak pelayanan rohani kini menggunakan media sosial sebagai sarana untuk memberitakan Kabar Baik. Jika kita tidak tahu cara mengoptimalkan media sosial dengan baik, pelayanan kita tidak akan sampai ke pendengar/pengguna seperti yang kita rindukan. Bersyukur pada Senin, 1 November 2021, YASKI mengadakan webinar mengenai "Social Media Optimization" oleh Edhozell, Youtuber dan pendiri SAGA Esports. Pria kelahiran 1986 ini pernah mengalami masa remaja yang sulit.
Sebagai seorang Youtuber dan influencer yang cukup dikenal masyarakat luas, beliau menyampaikan materinya dengan sangat bagus. Melalui materi tersebut, saya makin memikirkan dengan serius media sosial SABDA yang saya kelola, SABDA Resources. Komunitas ini membawa kita terkoneksi dengan bahan-bahan kekristenan dalam berbagai bidang pelayanan. Selama presentasi berjalan, saya berpikir strategi konten organizer sangat diperlukan, yaitu Hero, Hub, dan Help. Apakah SABDA Resources sudah melakukannya? Pertanyaan ini membuatku berpikir lebih jauh lagi. Apakah hubungan akun tersebut sudah erat dengan penggunanya?
Seorang social media manager harus mengetahui hal-hal mendasar ini:
1. Harus tahu apa yang sedang trending: yang lagi ramai dibicarakan.
2. Sebelum membuat konten, kita harus kenali diri terlebih dahulu (point of you/branding): sudut pandangmu.
3. Opini kita terhadap sesuatu yang lagi trending: apa pendapatmu terhadap itu?
Nah, media sosial ini akhirnya dapat digunakan secara efektif dan mencapai target yang diimpikan. Secara pribadi, saya merasa senang, banyak anak muda ingin melayani Tuhan dengan memanfaatkan media sosial. Hal ini terlihat dari banyaknya anak muda yang bertanya secara aktif, baik secara langsung maupun melalui ruang komentar. Banyaknya materi mengenai media sosial yang diberikan Edhozell membuka pikiran saya untuk melihat pelayanan yang Tuhan percayakan kepadaku. Media sosial yang dikelola bukan sekadar posting konten, melainkan memiliki tujuan yang benar untuk menjadi terang dan garam dunia.
Bersyukur sekali, baik Instagram maupun Facebook SABDA Resources, dapat membantu kita untuk melayani dan memperlengkapi pengguna untuk semakin giat dalam mengikut dan melayani Tuhan. Saya juga belajar untuk memperhatikan setiap konten dan caption, bahkan hashtag yang digunakan, supaya dapat menjadi berkat, bukan malah menjadi batu sandungan.
Kalau Edhozell menyajikan video dengan variasi yang kreatif dan menyenangkan, kita perlu membawa variasi konten yang selaras dengan kebenaran Alkitab tanpa kehilangan ketertarikan pengguna. Caranya dengan menyajikan bahan-bahan sekreatif mungkin dan menyegarkan.
Jadi, jika teman-teman ingin menjadi influencer, terlebih dahulu tentukan prinsip dan target orang yang ingin dicapai 10 - 25 tahun ke depannya. Tujuan kitalah yang membawa kita untuk terus memperjuangkan apa yang kita harapkan. Yuk semangat terus mengerjakan bagian kita dan terus layani Tuhan dalam tiap bidang pelayanan yang Tuhan percayakan! To God be the Glory!
Muak dengan Kehidupan dan Siap Menulis
"Tinta adalah obat yang manjur untuk semua penyakit manusia."
Demikian tulis C. S. Lewis muda kepada seorang teman masa kecilnya. Lewis baru berusia tujuh belas tahun ketika dia menulis pernyataan seperti itu, tetapi dia terbukti bijaksana melampaui usianya. Berikut pernyataan lengkap dari suratnya tertanggal 30 Mei 1916:
"Setiap kali Anda muak dengan kehidupan, mulailah menulis: tinta adalah obat yang manjur untuk semua penyakit manusia."
Entah kita menganggap diri kita sebagai penulis atau tidak -- dan kita semua adalah penulis sampai batas tertentu, bahkan jika itu hanya email dan media sosial -- kita harus mengakui bahwa si bocah remaja Lewis memiliki sesuatu yang mendalam di sini tentang disiplin menulis, bahkan jika "semua penyakit manusia" adalah pernyataan yang berlebihan.
Menulis adalah obat untuk banyak penyakit, baik pada diri kita sendiri maupun pada orang lain. Ini, mungkin, salah satu cara klasik membuat minuman yang manis dari buah asam kehidupan.
Menulis adalah hal biasa bagi mereka yang memiliki kecemasan besar. Ini sesuai untuk orang yang cemas dan marah. C. S. Lewis Menulis adalah untuk orang yang kesepian dan yang tertekan dan yang disalahpahami. Untuk orang yang frustrasi dan takut. Untuk orang miskin dalam roh dan mereka yang berduka.
Untuk Pribadi dan untuk Umum
Akan tetapi, Lewis tidak memanggil kita untuk hanya menjadi satu orang penulis, tetapi dua. Ini semacam literatur kristologi: dua penulis dalam satu orang. Penulis pertama mengalir dari nasihat Lewis di atas tentang menulis sebagai penawar untuk apa pun yang membuat Anda sakit. Ketika Anda muak dengan kehidupan, mulailah menulis. Ada kekuatan penyembuhan dalam menuangkan gairah Anda di atas kertas. Ini adalah panggilan untuk penulis pribadi.
Namun, Lewis juga menyarankan agar Anda melihat diri Anda sebagai penulis kedua: penulis publik. Seseorang menulis untuk dirinya sendiri; yang lain menulis untuk orang lain. Seseorang mengekspresikan dirinya dalam beberapa jurnal pribadi -- lebih baik tidak ada yang mencampuri urusannya. Akan tetapi, yang lain mewujudkan cara lain di mana jiwa yang lelah menyembuhkan penyakit manusia, bukan hanya penyakit kita sendiri, tetapi juga penyakit orang lain. Tulisan publik adalah jenisnya sendiri yang berbeda.
Bagi Penulis Pribadi
Nasihat Lewis untuk penulis pribadi itu cukup jelas. Tulis saja. Buat saja. Langgar semua aturan. Halaman kosong adalah kanvas jiwa Anda; huruf adalah cat Anda. Saat Anda cemas, sedih, kesepian, atau tertekan, ekspresikan diri Anda.
Tulis perjalanan Anda melalui hari-hari terburuk dalam hidup, dan yang terbaik. Keluarkan pikiran tersembunyi Anda terbuka di halaman. Sebarkan bara kemarahan Anda, dan biarkan mereka mulai mendingin dengan udara pengharapan. Dan, jika Anda sendiri tidak memiliki pengharapan untuk dibawa kepada mereka, setidaknya arahkanlah mereka kepada Allah dalam doa atau mazmur ratapan, dan biarkan tindakan menulis hal-hal itu kepada Allah menjadi cahaya yang jauh di ujung terowongan.
Bagi Penulis Publik
Namun, ini tidak sama dengan memberikan nasihat kepada penulis publik. Beberapa perbedaan yang jelas dan tajam harus dibuat. Bagi Lewis, apa yang dianggap sebagai tulisan publik yang baik pada dasarnya berbeda dari apa yang mungkin diizinkan dan diinginkan sebagai tulisan pribadi.
Menulis untuk orang lain, yang terbaik, bukanlah eksplorasi diri kita sendiri, atau membuka kebenaran yang lebih dalam dari diri kita. Sebaliknya, ini menangkap beberapa pandangan sekilas tentang realitas objektif, di luar diri kita, dan mengolahnya untuk memungkinkan pembaca kita menikmati kenyataan ini bersama kita.
"Penyair bukanlah orang yang meminta saya untuk melihat dirinya; dia adalah orang yang mengatakan 'lihat itu' dan menunjuk; semakin saya mengikuti arah jarinya, semakin sedikit saya bisa melihat dirinya .... Untuk melihat hal-hal seperti yang dilihat penyair, saya harus berbagi kesadarannya dan tidak memperhatikannya; Saya harus melihat ke mana dia melihat dan tidak berbalik untuk melihat wajahnya; Saya harus menjadikan dia bukan sebagai tontonan, tetapi pasangan kacamata." (The Personal Heresy, 11)
Ini adalah inti sari dari penulisan publik yang baik. Tidak menggali jauh di dalam jiwa subjektif penulis sendiri, dan bersantai dalam pengungkapan diri yang menyenangkan diri sendiri, tetapi berusaha membuka mata pembaca untuk mengamati keajaiban di dunia ciptaan Allah -- dan melakukan kerja keras untuk menampilkan beberapa realitas objektif di luar kita.
Cinta Membuatnya Dapat Dibaca dan Jelas
Dalam tulisan publik, jangan hanya menulis untuk pelampiasan jiwa Anda sendiri, tetapi sebagai obat bagi orang lain. Biarkan keinginan pribadi Anda membawa mobil Anda ke jalur, tetapi jalankan putaran Anda dengan cinta dan keinginan untuk membantu pembaca Anda. Jangan terpaku pada bagaimana Anda ingin mengatakannya, tetapi bagaimana membuatnya dapat dibaca.
Ada sebuah kerendahan hati yang besar di balik tulisan seperti itu -- dan membuat kita bebas dari kebutuhan untuk menarik perhatian kepada diri kita sendiri, dan bersemangat untuk menunjuk kepada Allah dan ciptaan dan kemanusiaan dan dosa dan Yesus dan keselamatan dan dinamika kehidupan dan iman sehari-hari, dan melakukannya dengan kejelasan.
Inilah yang membuat Lewis menjadi penulis yang sangat baik, dan mengapa kita memiliki begitu banyak hal yang dapat kita pelajari darinya untuk abad ke-21 -- entah itu perpaduan kalimat panjang dan pendeknya, atau perhatiannya pada irama dan ritme dan bagaimana kalimatnya terdengar saat dibacakan, atau penggunaan ilustrasinya yang tiada henti, atau minatnya yang nyata pada setiap subjek yang dia tulis dan kemampuannya untuk menularkan hal itu.
Firman Sebagai Obat Manjur
Yang membawa kita kembali ke pernyataan Lewis tentang tinta sebagai "obat manjur untuk semua penyakit manusia." Semua penyakit manusia? Lewis mungkin setuju bahwa itu pernyataan yang berlebihan. Akan tetapi, dia mungkin menjawab dengan mengatakan bahwa itu tergantung seberapa fleksibel seseorang bersedia menuliskannya di halaman.
Menulis adalah obat untuk banyak penyakit, baik pada diri kita sendiri maupun pada orang lain.Bagaimanapun juga, Dia adalah Firman yang, pada kenyataannya, obat yang manjur untuk semua penyakit manusia -- Firman yang tidak tinggal di kepala Penulis, tetapi diucapkan secara kekal, dan menjadi sasaran kritik dan rasa sakit dalam sejarah dalam membentuk di dunia kita. Allah menulis Firman ini di halaman cerita kita, dan tumpahan tinta-Nya menjadi sumur besar untuk menyembuhkan setiap penyakit dan memperbaiki setiap kesalahan.
Jika Allah sendiri, saat muak dengan dosa, dan siap untuk menerapkan penyembuhan yang hebat, melakukannya dengan sebuah Firman, maka mungkin Anda dan saya -- entah kita mengidentifikasi diri sebagai penulis atau tidak -- harus memberikan pemikiran serius tentang penyakit apa yang kita alami yang juga mungkin disembuhkan dengan kata-kata kita. (t/Jing-Jing)
Diterjemahkan dari: Nama situs : Desiring God Alamat situs : https://www.desiringgod.org/articles/fed-up-with-life-and-ready-to-write Judul asli artikel : Fed Up with Life and Ready to Write Penulis artikel : David Mathis Topik: Serba-serbi Dunia Penulisan5 Tip Menulis dan Berbicara dengan Jelas
Nasihat C. S. Lewis kepada anak-anak tentang menulis adalah nasihat yang baik bagi para pendeta tentang berkhotbah, atau siapa pun dalam hal berbicara.
- Selalu berusaha menggunakan bahasa yang biasa dipakai untuk memperjelas apa yang Anda maksud dan pastikan kalimat Anda tidak mungkin diartikan yang lain.
- Selalu pilih kata langsung yang jelas daripada kata yang panjang dan tidak jelas. Jangan mengimplementasikan janji, tetapi tepati.
- Jangan pernah menggunakan kata benda abstrak ketika kata benda konkret bisa digunakan. Jika maksud Anda "Lebih banyak orang meninggal" jangan katakan "Kematian meningkat."
- Dalam menulis, jangan gunakan kata sifat yang hanya memberi tahu kami bagaimana perasaan Anda tentang hal-hal yang Anda gambarkan. Maksud saya, alih-alih memberi tahu kami bahwa hal itu "mengerikan", gambarkanlah itu sehingga kami akan ketakutan. Jangan katakan itu, "menyenangkan"; buatlah kami berkata, "menyenangkan" ketika kami membaca deskripsinya. Apakah Anda mengerti, semua kata-kata itu (mengerikan, luar biasa, mengerikan, indah) hanya seperti mengatakan kepada pembaca Anda "Tolong, maukah Anda melakukan pekerjaan saya."
- Jangan gunakan kata-kata yang terlalu berlebihan untuk subjeknya. Jangan katakan "tak terhingga" ketika Anda bermaksud "sangat"; jika tidak, Anda tidak akan punya kata-kata lagi ketika Anda ingin membicarakan sesuatu yang benar-benar tak terhingga. (t/Jing-Jing)
(Awalnya diterbitkan dalam Letters to Children, surat dari 26 Juni 1956. Dikutip dalam Wayne Martindale dan Jerry Root dalam The Quotable Lewis, hal. 623.)
Diterjemahkan dari: Nama situs : Desiring God Alamat situs : https://www.desiringgod.org/articles/5-tips-for-clear-writing-and-talking Judul asli artikel : 5 Tips for Clear Writing and Talking Penulis artikel : John Piper Topik: Tips dan Trik MenulisJangan Menulis Hanya untuk Diterbitkan
Bagi kita yang menyukai kata-kata, kita tertarik pada bunyi keyboard dan penguraian makna di halaman. Kita merasa hidup saat kita menyusun kata-kata menjadi kalimat; beberapa dari kita bahkan merasa lebih dekat dengan Allah saat kita menghidupi iman kita dengan menuliskannya. Waktu yang dihabiskan untuk menulis terasa penting, bahkan kudus.
Akan tetapi, bagi kebanyakan dari kita, hal yang berjalan seiring dengan kecintaan kita pada menulis adalah keinginan untuk diterbitkan. Keinginan ini dapat didorong oleh budaya pada umumnya, yang mengatakan bahwa tulisan kita hanya bernilai jika pembaca kita sangat banyak dan artikel kita terkenal. Penerbitan umumnya dianggap sebagai tujuan dari kehidupan menulis, dan melihat kata-kata kita dicetak merupakan bentuk validasi yang sempurna untuk pekerjaan kita.
Sebagai seorang penulis dan guru menulis, saya sering melakukan percakapan dengan penulis lain yang terpaku pada penerbitan. Mereka sangat ingin melihat karya mereka diterbitkan di suatu tempat. Mereka ingin tahu bagaimana memulai karier menulis, atau bagaimana mendapatkan informasi tentang menulis untuk majalah terkemuka.
Menanggapi pertanyaan mereka, saya terpaksa bertanya: Apakah Anda ingin diterbitkan? Atau Anda ingin menulis?
Ini bukan pertanyaan yang sama, meskipun banyak dari kita bingung antara satu dengan yang lain. Meskipun tulisan dikaitkan dengan penerbitan, diterbitkan tidak membuat seseorang menjadi penulis. Menulislah yang menjadikan seorang penulis.
Keinginan yang sangat besar akan Validasi
Dari pengalaman saya, keinginan terus-menerus yang dimiliki para penulis untuk melihat kata-kata mereka diterbitkan tidak ada hubungannya dengan menulis dan lebih berkaitan dengan masalah nilai dan tujuan yang belum terselesaikan dalam musim kehidupan mereka -- sering kali yang terasa kurang memuaskan. Mengapa? Karena ketika kita dipanggil untuk melakukan sesuatu yang tenang dan tidak terlihat -- mungkin musim mengasuh anak atau musim kesetiaan pada pekerjaan yang membosankan -- menulis bisa tampak seperti tiket cepat keluar dari hari ke hari. Kita berpikir bahwa mungkin -- mungkin saja -- jika kita bisa mendapatkan penerbit yang tepat untuk menerima kita, atau jika kita bisa mendapatkan editor yang tepat untuk memberi kita kesempatan, maka mungkin kita akan merasakan validasi, bahkan jika kehidupan sehari-hari kita tampak membosankan.
Akan tetapi, diterbitkan tidak akan memenuhi kerinduan Anda akan validasi. Ketenaran tidak akan mengisi kekosongan itu. Sebagai seseorang yang sering menulis dan menerbitkan, saya menemukan bahwa penerbitan bukanlah hal yang membuat hati dan jiwa saya tetap hidup -- saya berani mengatakan, diterbitkan sebenarnya akan memiliki efek sebaliknya pada jiwa yang mencari kemasyhuran. Sebaliknya, saya harus kembali ke tujuan akhir menulis, mengajukan pertanyaan yang lebih besar mengapa menulis ada. Dan seperti semua hal di bawah kekuasaan Allah, tujuan menulis adalah lebih besar daripada yang bisa saya pahami. Ini jauh, jauh lebih besar daripada diterbitkan.
Tujuan menulis adalah ibadah (1 Kor. 10:31).
Inilah mengapa pertanyaan yang harus kita ajukan kembali sebagai penulis, berulang-ulang, bukanlah mengenai penerbitan atau platform. Sebaliknya, pertanyaan yang harus kita ajukan adalah: Apakah saya menyembah Allah dalam pekerjaan saya sebagai penulis?
Ini bukan pertanyaan basi, juga bukan jawaban menghindar. Ini bukan cara untuk mengabaikan pertanyaan tentang penerbitan yang sebenarnya. Akan tetapi, itu harus menjadi tempat awal untuk setiap pekerjaan yang dilakukan penulis Kristen.
Akhirnya Puas
Ibadah pada dasarnya adalah tindakan bodoh bagi dunia yang tidak percaya. Itu tidak menghasilkan uang bagi kita, dan tidak memberi kita pujian. Sebenarnya, menulis sebagai ibadah berarti mengalihkan segala pujian dan perhatian kepada Allah.
Inilah cara kita mengatasi godaan untuk menemukan keberhargaan diri kita dalam penerbitan daripada di dalam Kristus. Kita mengejar kepuasan dalam menulis untuk Kristus saja. Karena jika tulisan kita adalah sebuah ibadah -- menulis untuk Dia, menulis tentang Dia, menulis dengan Dia -- maka pada akhirnya tidak masalah apakah ada orang lain yang membaca kata-kata itu. Jika esai, cerita, dan artikel kita membawa sukacita dan pujian bagi Raja dunia, dan jika itu mengarahkan hati kita kepada kebaikan-Nya dan kelayakan-Nya, maka kata-kata itu telah mencapai tujuan utama yang harus dipenuhi: ibadah. Jika mata-Nya adalah satu-satunya mata yang membaca kata-kata yang telah kita tulis -- tetapi jika kata-kata itu menghormati dan memuliakan Dia -- maka kita telah menulis dengan baik dan luar biasa menurut mata surga.
... menulis sebagai ibadah berarti mengalihkan segala pujian dan perhatian kepada Allah.Nah, perspektif ini tidak berarti kita harus menolak penerbitan ketika ada kesempatan; itu tidak berarti kita harus menulis sebagai pertapa jauh dari dunia. Akan tetapi, artinya adalah bahwa jika kita mengirimkan karya untuk penerbitan, kita tidak melakukannya karena kita menggali validasi. Sebaliknya, kita menulis dari rasa aman di dalam Kristus (1 Yohanes 3:1), memercayai Allah akan melakukan kehendak-Nya dalam pekerjaan kita karena kita taat kepada-Nya.
Setiap kesempatan menulis untuk audiens di luar Allah Tritunggal adalah sekunder -- sebuah karunia, tetapi tidak pernah menjadi harapan. Jika Tuhan memberi kita sebuah platform di mana kata-kata kita mencapai dua puluh, atau ratusan, atau ribuan, atau jutaan, tujuan penulisan tetaplah sama. Baik melalui novel yang memperlihatkan kebaikan Allah, buku-buku yang menguraikan karakter-Nya, artikel-artikel yang menunjukkan kebenaran-Nya, atau puisi-puisi yang menyatakan kehadiran-Nya, tujuannya adalah selalu bagi kemuliaan-Nya.
Para penulis, kita harus meminta Tuhan untuk menyelidiki kita dan membantu kita melihat mengapa kita sangat menginginkan penerbitan (Mazmur 139:23-24). Mengejar keinginan untuk melihat artikel kita dicetak hanya akan membuat kita frustrasi, egois, dan kelelahan. Akan tetapi, jika kita berusaha untuk menyembah Kristus dan berkomunikasi dengan Dia dalam tulisan kita, kita akan dibebaskan untuk melakukan apa yang benar-benar kita inginkan: menemukan tujuan dan nilai sejati dalam pekerjaan kita. Dan, kabar baiknya adalah bahwa tujuannya bukan atas nama kita, tetapi atas nama-Nya. Nilai kita bukanlah bagaimana orang lain bereaksi terhadap kita, tetapi bagaimana mereka bereaksi terhadap Yesus. Tujuannya bukan membuat diri kita terkenal, tetapi meninggikan nama Kristus.
Jadi, apakah kita ingin diterbitkan? Atau kita ingin menulis?
Dalam segala hal, kita ingin beribadah. (t/Jing-Jing)
Diterjemahkan dari: Nama situs : The Gospel Coalition Alamat situs : https://www.thegospelcoalition.org/article/dont-write-just-to-get-published/ Judul asli artikel : Don't Write Just to Get Published Penulis artikel : Ann Swindell Topik: Dunia Penulisan KristenJadi Anda Ingin Menjadi Penulis?
Saya mendapat surat baru-baru ini dari seseorang yang ingin menjadi penulis. Dia berkata:
"Saya menjadi sangat frustrasi dengan diri saya sendiri karena, bahkan ketika saya sedang mengetik, saya berpikir, "Apa yang saya lakukan? Saya tidak bisa menulis!" Saya ingin tulisan saya diterbitkan suatu hari nanti, tetapi saya bahkan tidak tahu bagaimana memulainya."
Tidak ada daftar 7 langkah yang akan menjamin seorang penulis terbentuk dari non-penulis, tetapi berikut adalah beberapa saran, hal-hal yang selama ini bermanfaat bagi saya.
1. Menulislah!
Jawaban klise mungkin adalah yang terbaik -- jika Anda ingin menulis, menulislah. Jangan berpikir tentang penerbitan dahulu. Dan, berhenti menilai diri sendiri dan kemampuan Anda. Jangan khawatir tentang tata bahasa dan ejaan dahulu. Tulis saja. Apa pun. Jurnal. Surat. Blog. Simpan buku catatan atau file komputer. Di dalamnya, tulis paragraf acak yang menggambarkan sesuatu yang pernah Anda lihat atau bayangkan. Catat ide atau koneksi yang muncul di benak Anda saat Anda membaca Alkitab.
Semua ini adalah praktik yang baik dan bahan sumber yang baik untuk Anda. Kadang-kadang saya menemukan selembar kertas acak di mana pada masa lalu saya menulis secara singkat pemikiran yang sekarang saya sudah lupa sama sekali. Tanpa kertas itu, hal tersebut akan benar-benar hilang. Sekarang, itu menyelinap ke dalam sesuatu yang saya tulis seolah-olah itu benar-benar baru hari ini.
2. Benamkan diri Anda dalam apa yang Anda kagumi.
Ketika Anda menemukan penulis yang Anda sukai, bacalah semua yang dapat Anda temukan dari orang itu. Pikirkan para penulis yang tulisannya menarik perhatian Anda, lalu benamkan diri Anda dalam karya mereka. Bagi saya, ada bermacam-macam. Akan sulit untuk memilih hanya beberapa, tetapi inilah contoh yang sangat acak: George Eliot, Charlotte Bronte, Edith Schaeffer, Elisabeth Eliot, P.D. James, Alexander McCall Smith.
Cara praktis dan sangat membantu untuk merasakan kualitas tulisan penulis lain adalah dengan menyalin frasa mereka yang Anda temukan saat Anda membaca. Kemudian, Anda tidak hanya secara pasif mengambil tulisan yang baik sebagai pembaca, Anda juga berlatih mengeluarkannya sendiri sebagai penulis.
3. Berlatih memperbaiki tulisan orang lain.
Saya pikir mengedit karya orang lain banyak manfaatnya untuk tulisan saya. Sebagai latihan, Anda dapat mengambil paragraf acak dari penulis lain atau diri Anda sendiri dan lihat seberapa banyak Anda dapat memotong dan tetap membiarkan paragraf yang bagus. Yang terpendek tidak selalu yang terbaik, tetapi yang panjang sering kali lemah. Lihat cara lain apa yang dapat Anda gunakan untuk membuat paragraf yang lebih bagus.
4. Bergabunglah dengan kelompok penulis.
Di perguruan tinggi, saya seharusnya mengambil jurusan Literatur karena saya suka membaca. Namun, literatur menuntut banyak menulis. Jadi, saya mengambil jurusan Pidato, supaya saya hanya berbicara, karena saya tidak suka menulis.
Ketika saya berusia akhir 30-an, seseorang di Bethel College meminta saya untuk menulis artikel yang sangat pendek untuk majalah alumni tentang Alumna of the Year (atau semacamnya), seseorang di gereja kami. Dan, saya mungkin berusia 40 tahun sebelum saya mulai berpikir bahwa saya mungkin menikmati menulis dan mulai melakukannya karena saya menyukainya.
Sekitar waktu itu, saya bergabung dengan Minnesota Christian Writers Guild. Pada pertemuan bulanan, bahkan jika pembicara membahas tentang jenis tulisan yang tidak saya minati, bagaimanapun itu tetap merupakan pupuk dan siraman yang baik untuk apa pun yang saya minati.
Carilah organisasi penulis di sekitar Anda. Entah itu kelompok Kristen atau bukan tergantung pada jenis tulisan yang Anda kerjakan. Saat Anda mencari kelompok, ingatlah bahwa ada beberapa hal yang cukup konyol di luar sana (baik Kristen maupun non-Kristen), hal-hal yang tidak akan memajukan pemikiran atau tulisan atau iman Anda dengan baik.
5. Mulailah kelompok penulis.
Kemudian saya mulai bertemu setiap bulan dengan sekelompok kecil calon penulis lainnya. Masing-masing dari kami membawa sesuatu dan kami bergiliran membaca satu sama lain. Kemudian kami saling menyemangati dan memberi saran. Itu sangat membantu. Dan, Anda harus menyadari bahwa itu datang dari saya, yang tidak menerima kritik dengan mudah dan tidak ingin ada yang memberi tahu saya apa yang harus dilakukan.
Kumpulkan kelompok penulis atau calon penulis Anda sendiri. Membutuhkan sesuatu yang baru setiap bulan adalah motivasi yang baik untuk terus menulis.
6. Berpartisipasi dalam acara-acara untuk penulis.
Temukan konferensi yang ingin Anda hadiri. American Christian Writers, misalnya atau Christian Writers Guild. Ini adalah konferensi besar dan akan memberi petunjuk untuk pemula. Lihatlah di sekitar situs web tersebut untuk info bermanfaat lainnya juga. Konferensi tahunan lain yang bagus adalah Write to Publish, selalu berlangsung di Wheaton, meskipun tidak terkait secara resmi dengan perguruan tinggi.
Pemikiran yang sama di sini seperti di atas tentang memutuskan apakah akan pergi ke konferensi Kristen atau lainnya.
7. Tanyakan pada diri sendiri apa yang ingin Anda katakan dan kepada siapa Anda ingin mengatakannya.
Menulis adalah salah satu cara terbaik (selain berbicara dengan diri sendiri!) untuk mengetahui apa yang sebenarnya Anda pikirkan.Sebelum akhirnya bergerak menuju penerbitan, mungkin yang paling penting adalah menghindari gagasan umum tentang menulis, dan mulai bertanya pada diri sendiri, "Apa yang harus saya katakan? Apa yang ingin saya katakan? Apa beban besar saya yang tidak akan membuat saya puas sampai saya menyelesaikannya di atas kertas? Untuk siapa saya ingin menulis ini?"
Seiring waktu, rasa ini akan tumbuh, mungkin dari buku catatan tulisan acak Anda. Anda akan mulai memperhatikan apa yang membuat sebagian besar kata Anda penting, atau apa yang membangkitkan emosi terkuat dalam diri Anda, atau apa yang telah Anda pelajari saat Anda menulis. Menulis adalah salah satu cara terbaik (selain berbicara dengan diri sendiri!) untuk mengetahui apa yang sebenarnya Anda pikirkan. Anda menyadari betapa belum selesainya pikiran Anda ketika Anda mencoba mengeluarkannya dari kepala Anda dan menjadi sesuatu yang meyakinkan di atas kertas.
Teruslah belajar!
Sebenarnya, apa yang kita bicarakan di sini adalah melanjutkan pendidikan. Saya terkejut menemukan bahwa pendidikan saya tidak selesai ketika saya selesai kuliah. Saya menyadari sekarang bahwa saya belajar untuk belajar di sekolah. Dan, saya mendapatkan pendidikan saya yang sebenarnya sejak saat itu.
Jadi, jika Anda ingin berkembang dalam menulis, itu berarti Anda ingin melanjutkan pendidikan dalam menulis, dan itu berarti MENULISLAH! (t/Jing-Jing)
Diterjemahkan dari: Nama situs : Desiring God Alamat situs : https://www.desiringgod.org/articles/so-you-want-to-be-a-writer Judul asli artikel : So You Want to Be a Writer? Penulis artikel : Noel Piper Topik: Budaya Menulis dan Membaca