Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs GUBUK
Membaca atau Berhenti dari Pelayanan
Submitted by admin on 28 July, 2006 - 16:52
Kategori: Artikel
Penulis: J. Oswald Sanders
Nasihat Paulus kepada Timotius, "Bertekunlah dalam membaca", pasti ada hubungannya dengan membaca Kitab Suci Perjanjian Lama di muka umum. Namun demikian, perintahnya juga cocok sekali untuk bidang- bidang bacaan yang lain. Buku yang diminta Paulus agar dibawa oleh Timotius kemungkinan adalah beberapa karya pilihan, yaitu buku-buku sejarah Yahudi, tafsiran dan penjelasan Hukum Taurat serta kitab- kitab para nabi, mungkin juga beberapa karya penyair-penyair kafir, yang dikutip olehnya di dalam khotbah-khotbah dan surat-suratnya. Ia ingin memakai minggu-minggu atau bulan-bulan yang terakhir sebaik- baiknya dengan mempelajari buku-bukunya yang berharga sebagai seorang pelajar sampai akhir hidupnya.
Cerita yang mirip juga terjadi pada William Tyndale selama ia dipenjarakan dan tidak lama sebelum ia mati syahid pada tahun 1536. Ia menulis kepada gubernur yang memerintah pada waktu itu, sambil minta agar beberapa barangnya dapat dikirimkan kepadanya:
"Sebuah topi yang lebih hangat, sebatang lilin, secarik kain untuk menambal pembalut kaki .... Tetapi yang terutama sekali saya mohon dan meminta dengan sangat kepada bapak yang mulia agar dengan segera melalui pengacara mengizinkan saya mendapat Alkitab Ibrani saya, buku Tata Bahasa Ibrani dan Kamus Ibrani, supaya saya dapat mempelajari buku-buku tersebut."
Baik Paulus maupun Tyndale, keduanya memakai saat-saat terakhir sebelum mati syahid untuk mempelajari perkamen-perkamen mereka.
Dalam pasal ini dianggap sudah dipahami bahwa minat yang paling utama dan paling besar para pemimpin rohani adalah mempelajari firman Allah dengan rajin dan dengan penerangan Roh Kudus untuk menguasainya. Tetapi yang kita bicarakan sekarang ialah bacaan- bacaan tambahan yang mereka perlukan.
Orang yang ingin tumbuh secara rohani dan akal budinya akan banyak membaca buku. Pengacara yang ingin sukses di dalam jabatannya harus lebih mengetahui kasus-kasus dan perubahan-perubahan penting di dalam hukum. Seorang dokter secara terus-menerus harus mengikuti penemuan-penemuan baru di bidangnya. Demikian pula seorang pemimpin rohani harus menguasai firman Allah dan prinsip-prinsipnya, dan juga mengetahui apa yang sedang ada dalam pikiran orang-orang yang minta bimbingannya. Untuk dapat mencapai tujuan ini, di samping mengadakan hubungan pribadi, ia harus membaca beberapa buku yang terpilih. Sekarang kebiasaan membaca buku-buku rohani dan buku klasik yang berbobot dan berguna sudah semakin jarang. Pada zaman di mana orang lebih banyak mempunyai waktu senggang, yang sebelumnya tidak pernah terjadi dalam sejarah dunia, banyak orang mengatakan bahwa mereka tidak ada waktu untuk membaca. Alasan ini tidak boleh dipakai oleh seorang pemimpin rohani.
John Wesley mempunyai kecintaan untuk membaca dan pembacaannya sebagian besar dilakukan pada waktu ia naik kuda. Kadang-kadang ia naik kuda 90 mil dan sering kali 50 mil sehari. Ia membaca mengenai pelbagai pokok secara mendalam. Ia biasa bepergian dengan membawa sebuah buku ilmu pengetahuan, sejarah atau kedokteran, ditaruh di bagian depan sadelnya, dan dengan cara demikian ia dapat membaca ribuan jilid buku. Di samping Perjanjian Baru bahasa Yunani, masih ada tiga buah buku yang tidak dapat dihapuskan dari pikiran dan hatinya selama ia belajar di Oxford. "Pada waktu itulah ia mulai sungguh-sungguh mempelajari The Imitation of Christ, Holy Living and Dying, dan The Serious Call. Ketiga buku ini sangat membimbing kehidupan rohaninya." Ia berkata kepada para pendeta muda di kalangan kaum Wesley, agar banyak membaca atau berhenti saja dari pelayanan!
Keputusan untuk membaca buku-buku yang bermanfaat bagi perkembangan jiwa, pikiran dan rohani paling sedikit setengah jam sehari, akan terbukti sangat berguna bagi mereka yang selama ini berkecenderungan membatasi bacaan mereka pada buku-buku yang sederhana dan ringan. Dalam satu seri kupasan yang sangat mendalam mengenai "Penggunaan dan Penyalahgunaan Buku" yang dimuat dalam The Alliance Weekly, Dr. A.W. Tozer mengemukakan beberapa hal yang menarik untuk kita perhatikan:
"Mengapa orang-orang Kristen zaman sekarang merasa bahwa mereka tidak sanggup membaca buku-buku karya penulis-penulis yang terkenal? Yang jelas ialah bahwa daya berpikir manusia tidak berkurang dari generasi yang satu ke generasi yang berikutnya. Kita sama pandainya dengan nenek moyang kita, dan apa yang dapat mereka lakukan, kita juga dapat melakukannya, jika kita cukup berkemauan untuk mencobanya. Sebab utama adanya kemunduran dalam mutu bacaan Kristen sekarang bukanlah bersifat intelektual, melainkan lebih bersifat rohani. Untuk dapat menikmati buku agama yang besar, kita perlu menyerahkan diri kepada Allah dan melepaskan diri dari dunia, tetapi sekarang ini tidak ada banyak orang Kristen yang dapat melakukannya. Tulisan para pemimpin Kristen pada zaman dahulu, para ahli mistik dan kaum Puritan tidak terlalu sukar untuk dimengerti, tetapi mereka berada pada tingkat atas, di mana udara segar dan jernih, dan hanya orang yang tertarik kepada Allah yang dapat datang .... Salah satu alasan mengapa orang tidak dapat memahami karya-karya klasik Kristen adalah karena mereka mencoba mengerti tanpa bermaksud untuk menaatinya."
Sumber : pub. e-Buku edisi 03
- Login to post comments
- 3120 reads