Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs GUBUK
Yesus Autentik
Submitted by admin on 24 September, 2010 - 10:39
Kategori: Kesaksian Pembaca
Ditulis oleh: Wilfrid Johansen
Buku relatif tipis yang ditulis oleh John Stott ini merupakan suatu tulisan yang sifatnya responsif, teologis, apologetis, serta injili terhadap beberapa pernyataan teologis yang sedang mempertanyakan pemahaman tradisional iman Kristen. Pernyataan-pernyataan teologis itu sendiri dibuat oleh para teolog Kristen yang mempertanyakan dogma-dogma alkitabiah yang dianut selama ini. Mereka mempertanyakan keilahian Kristus, nilai historis dari kematian dan kebangkitan-Nya, dan bahkan ajaran-Nya, tetapi dengan cara meletakkan otoritas pada akal, bukan pada wahyu. Pendeknya beberapa teolog ini sedang meragukan legitimasi Alkitab. Berdasarkan situasi itu, buku kecil karya John Stott ini diharapkan dapat makin mengokohkan iman Kristen pembacanya.
"Sebagai orang percaya kita harus mampu memberikan kepada orang lain alasan-alasan yang sehat atas pengharapan (baca: iman) Kristen yang kita miliki," demikian pelajaran penting utama yang dapat saya tangkap setelah membaca buku "Yesus Autentik - Tanggapan Atas Skeptisisme Masa Kini di Gereja" yang ditulis oleh John Stott dan diterbitkan oleh PT Inkonsindo Perdana Jakarta ini.
Betapa benarnya John Stott ketika beliau memaparkan bahwa ketika orang percaya diperhadapkan pada pertanyaan-pertanyaan kritis sekuler dari dunia modern kontemporer, pada umumnya mereka akan menanggapi dengan tiga pilihan respons. Pertama, menyerah dengan cepat pada arus kontemporer dan menyesuaikan iman kita dengan arus itu. Kedua, mengabaikan penghalang-penghalang kontemporer atas iman dan hanya menegaskan ulang kepercayaan tradisonal dengan dogma-dogma yang tidak kritis. Ketiga, menanggapinya dengan mendengarkan secara saksama masalah-masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, serta menyatakan ulang Injil secara sedemikian rupa dengan mempertimbangkan hal-hal itu.
Terhadap tiga kategori respons yang dirumuskan oleh John Stott tersebut, secara jujur sayamengakui bahwa pilihan respons yang umum dari diri saya ketika diperhadapkan pada "pertanyaan-pertanyaan kritis" adalah respons yang pertama dan kedua. Pada suatu ketika, karena lebih kepada ketidaktahuan atau mungkin karena kebebalan, sengaja atau tanpa sengaja, saya telah menyesuaikan iman pribadi dengan arus kontemporer. Pada waktu lain, akibat kemalasan untuk berpikir dan belajar lebih dalam, membuat saya abai dalam menanggapi pertanyaan-pertanyaan kritis terhadap iman Kristen yang saya miliki. Saya cenderung bertahan dengan pernyataan dogmatis yang tidak kritis dan justru perlu dikaji ulang.
Lewat bukunya, "Yesus Autentik", John Stott kembali mengingatkan saya bahwa pemeriksaan kredensi kekristenan secara kritis adalah mutlak perlu. John Stott dengan kritis menulis begini: "Kepekaan terhadap pertanyaan-pertanyaan dunia modern (baca: pertanyaan pertanyaan kritis dunia terhadap iman Kristen yang kita miliki) yang sesungguhnya, lebih-lebih, penting sekali untuk kedewasaan Kristen. Dan penginjilan tidak mungkin tanpa itu. Kita tidak boleh memenangkan orang-orang kepada Kristus dengan mengabaikan masalah-masalah mereka." Lebih lanjut John Stott mengingatkan bahwa para rasul sendiri terus-menerus "berdebat" dengan orang-orang di luar Alkitab. Salah satu contohnya klaim Rasul Paulus yang penuh percaya diri di hadapan Festus bahwa apa yang ia katakan merupakan "kebenaran dan akal sehat" (Kisah 26:25). Bagi Rasul Paulus sendiri, dia tidak melihat telah terjadi ketidakcocokan antara apologetika dan penginjilan, atau penalaran tidak konsisten dengan percaya akan Roh Kudus. Sebaliknya, Rasul Paulus bisa menggambarkan semua kegiatan penginjilan dan tujuannya dengan kata-kata "kami... meyakinkan orang" (2 Korintus 5:11).
Buku ini pada hakikatnya juga ingin mengingatkan bahwa pemimpin-pemimpin gereja memunyai hak, bahkan memunyai tugas untuk mendorong orang percaya maupun yang belum percaya untuk berpikir. Tetapi "... amat serius persoalannya jika mereka (baca: pemikir yang sudah percaya dan yang belum percaya) mengingkari (atau bahkan tampaknya mengingkari) dasar-dasar iman Kristen tradisional yang telah mereka jaga, jelaskan dan kabarkan dengan sungguh-sungguh," demikian tandas John Stott.
Dari buku ini saya mendapatkan penjelasan yang berbobot dan alkitabiah berkaitan dengan beberapa doktrin Kristen dasar, semisal bahwa Kristus adalah Allah dan Kristus adalah manusia; bahwa kebangkitan Kristus secara teologis penting maupun secara historis benar pula; bahwa kelahiran perawan memiliki realitas historis dan bukannya sekadar simbolis dan mitos. Yang jelas buku ini memang amat tepat ditujukan kepada orang-orang Kristen yang tidak memiliki atau memiliki sedikit pendidikan formal teologi, namun bertekad untuk memiliki dan mampu memberikan kepada orang lain, alasan-alasan yang sehat atas pengharapan Kristen yang mereka miliki.
Informasi buku:
Judul buku asli | : | The Authentic Jesus |
Judul | : | Yesus Autentik |
Penulis | : | John R.W. Stott |
Penerjemah | : | Harry Puspito |
Penerbit | : | PT Inkosindo Perdana, |
Jakarta 1989 | ||
Ukuran | : | 16,5 x 10 cm |
Tebal | : | 106 halaman |
- Login to post comments
- 2931 reads