Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs GUBUK
Tanya Jawab tentang Karya Fiksi Populer
Submitted by admin on 24 September, 2007 - 12:31
Kategori: Artikel
Editor Chicago Sun Times, Henry Kisor menjawab beragam pertanyaan mengenai fiksi populer, tentang apa novel detektif pertama, novel fiksi ilmiah pertama, novel spionase pertama, dan novel Western pertama. Kisor juga menjelaskan mengenai masa depan buku cetak, membahas khusus tentang buku elektronik dan pengaruh televisi, komputer, dan internet terhadap penerbitan buku dunia. Bagi para calon penulis, ia memberikan beberapa petunjuk mengenai kontrak penerbitan, genre paling populer, dan proses penerbitan buku, serta benarkah pendapat Hemmingway yang mengatakan "Tulislah apa yang Anda tahu."
T: Berapa banyak buku yang harus dijual saat ini agar bisa disebut sebagai "best seller"?
J: Karya apa pun yang dapat menghasilkan keuntungan bagi penerbit sudah bisa dianggap sebagai karya sukses. Normalnya, satu judul buku harus dapat terjual paling tidak sebanyak 10.000 kopi untuk dapat dianggap sukses, tapi untuk buku puisi, terjual sebanyak 5.000 kopi juga sudah termasuk sukses. Kebanyakan buku yang mencapai bestseller dunia biasanya sudah terjual paling tidak sebanyak 75.000 kopi. Buku bestseller yang disebut "meledak" umumnya terjual lebih dari 500.000 kopi. Meski demikian, ada banyak buku yang angka penjualannya bergerak relatif lamban selama beberapa tahun pertama, namun pada akhirnya dapat terjual lebih banyak dari buku lain yang pernah masuk dalam daftar bestseller selama tiga atau empat minggu.
T: Mengapa cerita dalam buku biasanya lebih baik daripada saat difilmkan?
J: Sederhana sekali. Sebuah buku sewajarnya dianggap sebagai karya tercetak sementara sebuah film sebagai karya visual. Masing-masing media itu memiliki karakter berbeda. Kebanyakan film yang diangkat dari buku hanya mengambil sebagian dari penokohan, alur, serta tema sebuah buku untuk disajikan menjadi sebuah cerita dalam waktu kurang dari 2 jam. Sementara sebuah buku biasanya memuat pemaparan yang lebih lengkap. Lewat teks yang ada, buku menyajikan gambaran yang lebih rinci dalam pikiran pembacanya. Namun demikian, beberapa buku populer ditulis dengan si penulis membayangkan sebuah film dalam penyajiannya, sehingga agak membuat kedua media itu menjadi serupa.
T: Mengapa panitia penghargaan Booker Prize selalu memilih buku-buku yang berat? Dalam dua dekade terakhir, "The English Patient" barangkali adalah pilihan yang paling mudah dicerna, itu pun juga bukan buku yang sungguh-sungguh bisa dibaca sambil santai.
J: Pertama, saya menebak Anda adalah orang Amerika. Saya tidak merasa Booker Prize selalu jatuh kepada buku-buku "berat." Buku bagus Blind Assassin karya Margaret Atwood menang di tahun 2000, God of Small Things karya Arundhati Roy meraihnya pada tahun 1997, juga Ghost Road nya Pat Barker di tahun 1995, Paddy Clarke Ha Ha Ha karya Roddy Doyle di tahun 1993, Remains of the Day karya Kazuo Ishiguro tahun 1989, serta karya Thomas Keneally, Schindler's List di tahun 1982. Buku-buku itu tidak berat karena berbentuk narasi yang dipaparkan dengan cukup lugas, serta cukup laris di Amerika Serikat dan Inggris (perlu dicatat bahwa dua judul terakhir juga telah diangkat – dan sukses – sebagai film layar lebar).
Jangan lupa bahwa penghargaan Booker hanya diperuntukan bagi novel karya para penulis yang berasal dari wilayah Inggris, bekas koloninya serta Irlandia – pendek kata, novel dengan budaya Inggris. Pembaca mereka pun cenderung lebih modern dan kritis ketimbang pembaca di Amerika, dan para juri penghargaan Booker – yang terdiri dari para novelis, kritikus dan akademisi – hanya mengikuti standar budaya mereka. Inilah alasan mengapa beberapa novel yang mereka hargai cenderung tampak berat untuk para pembaca Amerika. Karya yang baik tidak selalu bisa diterima secara luas pada awalnya.
T: Apakah buku elektronik (e-book) dapat menggantikan buku cetak di masa mendatang?
J: Mungkin di satu waktu kelak, tapi saat ini belum. Sejauh ini belum ada yang menemukan alat membaca yang lebih murah, lebih ringan, lebih awet, dan lebih mudah digunakan dari buku cetak. Buku elektronik sejauh ini paling berguna bagi para siswa yang harus melakukan studi perbandingan pustaka dan semacamnya. Namun, bagi pembaca awam, biaya yang dikeluarkan masih terlalu mahal (dibutuhkan sekitar 300 dolar atau lebih untuk alat membacanya) teksnya juga lebih susah dibaca ketimbang tinta hitam di atas kertas putih. Pada akhirnya, buku elektronik mungkin akan mendapatkan tempat bersama buku cetak sebagai sebuah alternatif populer bagi konsumen, namun sebelum masalah keawetan, sumber daya yang dibutuhkan, serta kenyamanan baca itu dapat dipecahkan, buku cetak tampaknya masih akan tetap menjadi pilihan utama dalam penyebaran tulisan.
T: Novel apa yang bisa dianggap sebagai novel detektif pertama?
J: The Moonstone (1868), karya penulis Inggris Wilkie Collins, dianggap oleh kebanyakan penggemar buku sebagai novel detektif pertama. Karya itu bukan hanya tentang teka-teki rumit – siapa yang mencuri permata berharga bernama Moonstone dan mengapa – namun juga memperkenalkan lakon detektif modern pertama, Sersan Coff, di mana tokoh ini terilhami dari sosok seorang penyelidik kriminal sungguhan yang menyukai bunga mawar.
T: Buku apa yang dapat disebut sebagai novel horor pertama?
J: Pertanyaan ini memang cukup sulit dan masih menjadi bahan perdebatan. Beberapa menyebut Frankenstein (1818) karya Mary Wollstonecraft Shelley, novel bergaya Gothik yang mengisahkan tentang penciptaan satu monster. Namun, beberapa menganggap karya Bram Stoker yang terbit tahun 1897, Dracula sebagai novel horor sejati yang pertama. Kisah yang ditulis Stoker menggabungkan antara ketakutan, dongeng kuno tentang kelelawar penghisap darah dengan kisah seorang gila yang benar-benar pernah hidup, Count Vlad Dracul dari Rumania.
T: Buku apa yang dapat dianggap sebagai novel fiksi ilmiah pertama?
J: Ada banyak unsur karya fiksi ilmiah yang telah ada dalam banyak tulisan sejak zaman dulu, namun novel fiksi ilmiah yang benar-benar lengkap adalah karya Jules Verne, Journey to the Center of the Earth (1864) yang menyajikan geologi serta ilmu tentang gua-gua dengan kisah rekaan sebagaimana tercermin dalam judulnya. Verne juga adalah penulis spesialis karya fiksi ilmiah pertama. Di antara novel-novel terkemukanya yang lain, ada kisah mengenai pengembaraan angkasa luar From the Earth to the Moon (1865) serta dongeng mengenai dasar lautan 20,000 Leagues Under the Sea (1870).
T: Buku apa yang bisa disebut sebagai novel spionase pertama?
J: The Riddle of the Sands (1903) karya Erskine Childers menyajikan aspek-aspek misteri dan kisah kriminal dalam sebuah alur yang melibatkan intrik antarbangsa. Novel itu berisikan kisah khayalan tentang persiapan Jerman melakukan serangan laut atas Inggris pada titik lemah mereka untuk melakukan invasi lewat jalur pantai. Childers memakai pengalamannya sebagai awak kapal untuk membumbui ceritanya dengan rincian mengenai perjalanan di atas laut. Setelah Perang Dunia I (1914-1918) Childers menyelundupkan senjata untuk para pemberontak Irlandia; ia kemudian dijatuhi hukuman mati oleh pemerintah Inggris dengan tuduhan berkhianat.
T: Buku apa yang dianggap sebagai novel Western pertama?
J: The Virginian (1902) karya Owen Wister kerap disebut sebagai novel Western pertama. Beberapa penulis kacangan sebelumnya telah menuliskan kisah-kisah sensasional tentang kehidupan liar di Barat pada sekitar 1880-1890an, namun Wister adalah yang pertama kali menyajikan tokoh koboi sebagai lakon dalam karya sastra. Tokoh utamanya hidup dalam tata cara hidup yang kasar, yang membuat dirinya kehilangan wanita yang mencintainya, sampai muncul klimaks dalam sebuah duel senjata api. Novel itu mencapai bestseller dan diangkat dalam banyak drama panggung, beberapa film, serta serial televisi.
T: Apakah kunci dalam menulis karya fiksi yang baik?
J: Karya fiksi yang berhasil biasanya adalah karya yang menyajikan kisah yang segar dan orisinil yang memikat pembaca dari berbagai kalangan. Novel yang baik hampir selalu menyajikan penokohan yang menarik dan orisinil dalam sebuah alur yang meyakinkan, peristiwa-peristiwa yang muncul dalam cara yang tak terduga, setting yang segar, dan merupakan sebuah prosa cemerlang yang tulisannya tidak bertele-tele. Banyak novelis berusaha menulis buku yang memuat semua poin di atas, namun masih juga gagal memikat banyak pembaca. Penulis yang paling sukses adalah yang dapat menghasilkan fiksi yang mampu memunculkan pergolakan emosi dalam diri pembacanya.
T: Ada apa di balik fenomena kesuksesan serial Harry Potter?
J: Kesuksesan seri tersebut berasal dari kombinasi unik antara pemasaran yang cerdas serta tulisan yang memang berbobot. Si penulis J.K Rowling merangkai tema universal tentang sihir dan para penyihir, serta tentang kebaikan dan kejahatan bersama dengan kebutuhan dan impian generasi tertentu yang menjadi pembacanya. Seri itu telah membantu membuka pikiran generasi ini tentang kekuatan kata-kata tercetak dan daya tarik sebuah cerita, menciptakan lebih banyak penikmat kata-kata tercetak dan menjamin bahwa buku cetak akan bertahan lebih lama lagi.
T: Apakah internet akan membuat industri penerbitan gulung tikar?
J: Internet jelas mengubah dunia penulisan dan penerbitan, tapi saya tidak berpikir bahwa internet akan menghancurkan industri penerbitan. Orang masih harus menyaring yang baik dan yang buruk, yang berguna dan yang tidak, dan ini adalah tugas utama dari seorang editor dalam penerbitan. Orang harus mengenali pasar sebuah buku dan melemparkannya ke pasar, dan ini adalah tugas direktur pemasaran. Menaruh buku di internet dalam bentuk elektronik tidak dapat menyelesaikan tugas ini, dan akan sulit bagi para pengguna internet untuk memisahkan perak di antara besi rongsokan.
Masalah yang sedang dihadapi adalah untuk menemukan bagaimana mengatasi isu perihal kepemilikan dan penjualan kekayaan intelektual. Menaruh buku dalam format elektronik di internet tidak berarti semua yang membacanya akan membayar untuk itu. Penulis Stephen King telah memperoleh hasil beragam melalui sistem pembayaran sukarela untuk novel onlinenya The Plant. Saya percaya bahwa dampak terbesar internet terhadap penerbitan ialah kepada pendistribusian teks yang mudah untuk dicetak dalam kertas dan menjilidnya untuk kemudian dijual.
T: Apakah televisi, video game, dan komputer berdampak negatif terhadap budaya baca dan teks tercetak dalam masyarakat?
J: Film, televisi, dan video game jelas telah membuat hiburan menjadi lebih berorientasi pada gambar ketimbang teks, sebagaimana yang terjadi sebelum abad 20. Namun, tulisan cetak tetap memimpin dalam penyebaran informasi. Budaya baca tulis di dunia tidak pernah setinggi saat ini. Sebelum abad 20 dan munculnya pesona media visual, kebanyakan orang di dunia masih buta huruf. Jika anak muda saat ini tidak banyak membaca dibandingkan generasi sebelumnya, penyebabnya mungkin terletak pada cara pengasuhan dan pendidikan mereka. Di lain pihak, internet telah meledak sebagai media tulisan utama, dan popularitas email yang makin meninggi dapat dianggap sebagai dampak positif dalam budaya baca tulis.
T: Bagaimana membedakan antara "fiksi yang sukses secara komersial" dengan "karya sastra"?
A: Saya tidak percaya dua istilah tersebut harus selalu dipisahkan. Banyak penulis sastra juga sukses secara komersial. Anne Tyler, John Updike, dan Umberto Eco hanyalah tiga contoh penulis yang dapat merangkul pembaca awam sekaligus kaum intelektual. Meski tema-tema yang mereka angkat mungkin cukup berat, para penulis tersebut menyajikan cerita yang dapat menarik pembaca dari kalangan luas.
Meski demikian, kebanyakan penulis fiksi laris, mengikuti formula lama dan umum yang dibuat dalam menarik pembaca yang hanya ingin melarikan diri dari masalah hidup sehari-hari ketimbang bergelut dengan tema-tema intelek. Beberapa penulis fiksi populer memiliki keterampilan yang lengkap – penulis cerita misteri dan kriminal Sara Paretsky, Elmore Leonard, dan P.D James adalah contohnya – yang membuat pembaca dengan selera tinggi menikmati sajian cerdas yang diperagakan sang seniman lewat karyanya. Kadangkala, tema-tema serius yang diangkat oleh para penulis "populer" ini dapat mengangkat karya mereka menjadi sebuah karya sastra.
T: Berapa lama yang dibutuhkan naskah seorang penulis untuk dapat menjadi sebuah buku yang dipajang di rak toko buku?
J: Proses keseluruhannya biasanya membutuhkan waktu sekitar setahun. Berikut adalah tahap-tahap umum dalam penerbitan sebuah buku.
Naskah dibaca dan diterima.
Editor yang ditunjuk dapat atau tidak dapat melakukan tugas sebagai editor naskah, membantu si penulis menata kembali tulisannya serta membuatnya enak dibaca.
Kopi editor akan membaca naskah tersebut untuk memperbaiki tata bahasa, tanda baca, gaya, dan terkadang keakuratan data.
Desainer akan memilih kertas, jenis huruf, serta ilustrasi (jika ada) dan juga merancang desain kemasannya, yang harus disetujui oleh pihak penulis, editor, dan sering kali juga oleh bagian penjualan.
Bagian pemasaran dan promosi akan mencoba menarik minat toko buku, siaran televisi, dan kritikus.
Buku akan dicetak, dijilid, dan dikirim dari pabrik ke toko-toko.
T: Buku fiksi apa yang paling populer di sepanjang abad 20?
J: Menurut Buku Rekor Dunia Guiness tahun 2001, ada tiga novel - semuanya karya penulis perempuan Amerika – yang masing-masing terjual sekitar 30 juta kopi dan dianggap sebagai novel terlaris sepanjang masa. Buku-buku itu adalah Gone With the Wind (1936) karya Margaret Mitchell, To Kill a Mockingbird (1960) karya Harper Lee, dan Valley of the Dolls (1966) karya Jacqueline Susan. Novelis terlaris sepanjang masa, menurut rekor Guiness, adalah Agatha Christie, yang karya-karya misterinya terjual sekitar 2 milyar kopi dalam 44 bahasa.
T: Mengapa penulis kadang menggunakan nama samaran (nama pena)?
J: Penulis menggunakan nama pena bisa karena beberapa alasan:
Seorang sastrawan dapat menulis fiksi populer dengan memakai nama lain untuk mendapat uang. Salvatore Lombino mengubah namanya menjadi Evan Hunter dan menggunakannya dalam novel tradisionalnya seperti Blackboard Jungle (1954), namun ia memakai nama Ed McBain untuk karya populernya tentang kisah misteri polisi seperti Cop Hater (1999).
Penulis yang menghasilkan karya laris dalam satu genre bisa ingin menggunakan nama yang lain untuk genre yang lain supaya tidak membingungkan pembacanya. Contohnya adalah Donald Westlake, yang terkenal dengan novel-novel lucu dan "konyol" tapi juga menulis novel kriminal yang gelap dengan memakai nama Richard Stark.
Seorang penulis kadang memakai nama pena untuk menyembunyikan identitas jenis kelamin mereka. Penulis Inggris George Elliot yang menulis karya klasik seperti Silas Marner (1861) dan Middlemarch (1871-1872), sebenarnya adalah seorang perempuan bernama Mary Ann Evans.
Beberapa penulis ingin menulis dengan nama yang lebih romantis ketimbang nama yang mereka dapat dari lahir. Samuel Clemens memakai nama pena Mark Twain (diambil dari nama kapal) untuk mempublikasikan beberapa dari karya paling dikenang dalam kepustakaan Amerika.
Penulis yang sangat produktif, yang dapat menulis dua atau lebih buku dalam setahunnya, sering memakai nama pena untuk beberapa bukunya. Mereka melakukan ini karena penerbit khawatir jika terlalu banyak judul buku di bawah satu nama penulis bisa merusak penjualan.
T: Jenis fiksi apa yang paling populer?
J: Dalam kaitan dengan penjualan, novel percintaan adalah jenis fiksi yang paling populer di Amerika Serikat. Genre tersebut membidik pembaca perempuan, dan kaum perempuan membeli lebih dari 75 persen dari seluruh fiksi populer yang dijual di Amerika. Percintaan lebih menarik pembaca perempuan karena tema tersebut tidak terlalu menarik untuk pembaca pria. Meski demikian, untuk para pembaca pria, genre yang bisa menyamai novel percintaan adalah novel tekno-thriller. Buku-buku ini adalah yang banyak berisi tentang senjata dan menampilkan pertempuran militer. Tom Clancy adalah satu penulis terkemuka dalam genre ini.
T: Berapa persen dari harga jual buku yang sebenarnya diterima oleh si penulis?
J: Ini tergantung dari si penulis. Penulis yang masuk dalam kategori biasa dalam dunia penerbitan buku kebanyakan menerima royalti sebanyak 7,5 persen dari harga jual yang tertera di toko buku untuk 7.500 kopi pertama yang terjual, kemudian 10 persen untuk jumlah 7.501 sampai 12.500 kopi, dan 12,5 persen untuk angka penjualan di atas 12.500 kopi. Novelis populer yang mencapai angka penjualan yang meledak (misalnya Stephen King) bisa memperoleh jauh lebih besar dari perhitungan ini.
T: Jika sesuatu yang digambarkan dalam karya fiksi ilmiah kemudian menjadi kenyataan, apakah buku tersebut masih dapat dianggap sebagai karya fiksi ilmiah?
J: Ya, buku itu akan masih dianggap sebagai karya fiksi ilmiah karena dua alasan:
Teknologi yang kemudian menjadi kenyataan tersebut masih menjadi khayalan dalam imajinasi penulis ketika ia menulis novelnya. Banyak keajaiban teknologi kemudian "terwujud" di beberapa masa kemudian. Namun, itu tidak berarti bahwa hal tersebut bukanlah fiksi saat hal itu pertama kali dipaparkan. Contoh bagus ada pada cerita kehidupan bawah laut karya Jules Verne dalam 20,000 Leagues Under the Sea.
Keajaiban teknologi hanyalah satu bagian dari sebuah novel fiksi ilmiah. Cerita dan tokoh-tokoh yang berada di antara teknologi khayalan tersebut masih tetap fiktif, apa pun yang terjadi dalam divisi pengembangan teknologi perangkat keras. Respons para tokoh terhadap teknologi tersebut, serta dampak dari teknologi tersebut terhadap masyarakat, sebenarnya adalah bagian terpenting dalam novel tersebut, hal-hal itulah yang mendukung cerita.
T: Apa yang dimaksud dengan penjualan edisi paperback?
J: Itu adalah istilah dalam dunia industri penerbitan untuk buku yang dicetak dalam kertas yang halus, awet, biasanya bebas asam dan dijilid dalam kulit luar memakai kertas yang kaku, biasanya dengan ukuran yang sama dengan buku kemasan hardcover (sekitar 6 x 9 inci) dan dijual dengan harga antara 12-15 dolar. Buku jenis ini dimaksudkan agar dapat bertahan selama bertahun-tahun. Lain lagi dengan mass market-paperback. Dengan ukuran lebih kecil – biasanya 4,5 x 6,5 inci – dan dicetak menggunakan "bubur" kertas yang harganya tidak mahal yang warnanya lama-lama akan makin kuning serta mudah sobek dalam beberapa tahun. Jenis yang ini dijual seharga antara 5 hingga 7 dolar.
T: Apakah penulis harus mengalami sendiri sesuatu agar dapat menuliskannya secara tepat?
J: "Tulislah apa yang Anda ketahui," kata Ernest Hemingway, yang mengalami sendiri sebagian besar hal yang ia tuliskan. Ini adalah pendekatan kreatif yang bisa dipakai, namun demikian masih ada banyak cara lain untuk melecut daya kreativitas sebagai penulis. Imajinasi dan empati (kemampuan untuk memahami serta turut merasakan apa yang dirasakan orang lain) adalah cara lain itu. Banyak penulis menggali subjek seperti yang dilakukan seorang wartawan, mengamati orang-orang dan mengajukan pertanyaan. Dick Francis, yang memakai pengalamannya sebagai joki kuda pacuan untuk menulis tentang misteri yang terjadi dalam dunia balap kuda, juga menuliskan tentang topik lain – seperti tentang pembuatan minuman wine dan pembuatan kaca – setelah melakukan penelitian secara saksama akan hal itu. Aldous Huxley dan Samuel Taylor Coleridge bahkan mengkonsumsi obat bius untuk membebaskan imajinasi mereka dari pengalaman sehari-hari.
Microsoft ® Encarta ® Reference Library 2005. © 1993-2004 Microsoft Corporation. All rights reserved.
Terjemahan bebas oleh Ary dari:
- Login to post comments
- 14451 reads