Seluk Beluk Kitab Suci | GUBUK


Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs GUBUK

Seluk Beluk Kitab Suci


Kategori: Resensi Buku Cetak, Pengantar Kitab

Judul asli : --
Penulis : St. Darmawijaya, Pr
Penerjemah : --
Penerbit : Kanisius, Yogyakarta 2010
Ukuran buku : --
Tebal : 624 halaman
Sumber : Milis Sahabat Kristen

Kitab Suci (Perjanjian Baru) merupakan kumpulan kitab-kitab (27 kitab) yang ditulis dalam bahasa Yunani dan ukurannya tidaklah sama. Munculnya kumpulan kitab itu tidak hanya memiliki wibawa yang sama dengan Perjanjian Lama, tapi juga hendak menegaskan bahwa ada pembaruan yang cukup mendasar yang dibicarakan dalam Perjanjian Baru tentang perjanjian yang terjalin dalam hubungan antara manusia dengan Allah. Jika dalam Perjanjian Lama hubungan itu ditegaskan hanya sekadar perjanjian, maka dalam Perjanjian Baru hubungan itu diperbarui dalam diri Yesus Kristus. Istilah "perjanjian" merupakan istilah yang diterjemahkan dari bahasa Yunani, yaitu suatu berita untuk melukiskan hubungan bangsa Israel secara khusus dengan Allah mereka. Namun demikian, bukan berarti istilah yang lama tidak digunakan, hanya saja kadar istilah yang lama itu berubah dalam Perjanjian Baru. Dengan kata lain, apa yang dulu diwariskan oleh Musa dan para nabi, dalam Perjanjian Baru diperbarui dan disempurnakan dalam diri Yesus Kristus.

Atas dasar pewarisan teks dari abad ke abad yang telah mengalami berbagai macam perubahan (baik karena perbedaan daerah, sejarah, dan budaya) dan adanya tulisan yang menimbulkan masalah tersendiri dalam Perjanjian Baru maka buku berjudul "Seluk Beluk Kitab Suci" karya Darmawijaya ini hadir di hadapan sidang pembaca. Ada tiga hal yang memengaruhi kelahiran dan perkembangan Perjanjian Baru yang ditunjukkan Darmawijaya dalam bukunya ini. Pertama adalah masalah kanonisasi, yakni pembakuan tulisan Perjanjian Baru; kedua masalah naskah; dan ketiga masalah sosio-budaya yang melahirkan tulisan tersebut. Namun demikian, bagi Darmawijaya, Perjanjian Baru tetap merupakan kumpulan berbagai macam tulisan, seperti halnya Perjanjian Lama yang terdiri dari tulisan sejarah, syair, kumpulan hukum, khotbah, doa, surat-surat bahkan sebuah novel dan kidung kemesraan. Hanya saja pusat perhatian Perjanjian Baru bukan saja kepada Allah, melainkan kepada Allah yang secara istimewa nyata dalam pribadi Yesus Kristus (halaman 26).

Pendapat Darmawijaya di atas tampaknya cukup beralasan di tengah-tengah semakin banyaknya minat dan perhatian umat terhadap Kitab Suci untuk mendengar Sabda Tuhan saat ini. Sebab, para penulis Perjanjian Baru tidak hanya menampilkan Pribadi Yesus Kristus sebagai tokoh yang memenuhi harapan dan cita-cita Perjanjian lama, melainkan juga menjadikan Yesus Kristus sebagai kepenuhan harapan manusia sepanjang sejarah pengalaman mereka dengan Allah. Semua pengalaman mereka dirumuskan kembali, dengan gaya dan rumusan yang juga ada dalam Perjanjian Lama. Sebab itu, bagi Darmawijaya, Perjanjian Baru harus mengakui bahwa Allah dalam Perjanjian Lama tetap bersabda, sekalipun Sabda itu menjadi sangat nyata dalam Pribadi Yesus Kristus. Dengan demikian, baginya, Perjanjian Lama mendapatkan makna dan peranan baru dalam kehidupan iman orang Kristen saat ini.

Kitab Suci bukan hanya menawarkan pemahaman hidup seperti yang dihayati Yesus Kristus dan kelompok para rasul, tetapi juga sebagai buku untuk membina keyakinan iman akan Allah yang berkarya dalam sejarah kehidupan, baik sebagai pribadi maupun kolompok kaum beriman. Kitab suci ditulis dalam bentuk sastra oleh orang-orang atau redaktur, yang menjadi "juru bicara dan tulis" terkait pengalaman mereka dengan Allah. Banyak di antara para penulis itu yang tidak memperkenalkan diri karena kebiasaan saat itu. Mereka sudah merasa puas jika apa yang mereka hasilkan dibaca dan dipahami oleh rekan-rekan seiman. Kitab Suci mencerminkan kegembiraan, kegelisahan, dan keteguhan mereka dalam memperjuangkan iman. Pada konteks ini, Kitab Suci mengajak kepada kita untuk menjalin hubungan pribadi dengan Allah dan menghayati hubungan itu secara nyata dalam diri Yesus Kristus. Dengan ajakan itu, para penulis Kitab Suci yakin bahwa Kitab Suci dan iman akan menyuburkan kehidupan, karena Sabda yang ada menjadi kekuatan Roh kudus, Roh Allah yang telah berkarya melintasi segala zaman, budaya, suku, dan bangsa.

Naskah telah disunting seperlunya oleh Redaksi.

Peresensi: Hurri Rf
(Penulis adalah Alumnus Perbandingan Agama UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta)

Komentar