Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs GUBUK
Okultisme
Submitted by admin on 3 March, 2008 - 14:59
Kategori: Kesaksian Pembaca
Ditulis oleh: Yuppi Purnason
"Kenapa orang-orang di kampung kita menganggap Alkitab punya kekuatan mistis?" tanya saya kepada adik saya yang kuliah teologia.
"Itu namanya okultisme," hanya itu yang bisa dikatakan olehnya. Ia tidak pernah benar-benar menjawab pertanyaan ini. Saya juga tidak mau membahasnya lagi karena saya tidak suka ia memakai istilah aneh hanya karena ia belajar teologia.
Sepertinya, ia sekarang tidak jauh berbeda dengan adik sepupu kami, yang tidak mau menyebut tulang penyangga punggung sebagai tulang punggung setelah dua bulan belajar di sekolah perawat.
Ternyata istilah ini harus menjadi istilah yang terlalu sering saya dengar di kemudian hari. Bahkan setelah beberapa bulan melayani di sebuah gereja, suatu hari, setelah melihat saya suka melamun dan kadang-kadang sedikit aneh, pendeta kami berkata, "Aku yakin pasti ada anggota keluarga kamu, mungkin kakekmu, yang terlibat dalam okultisme."
Waktu itu saya sudah tahu, okultisme merupakan istilah yang digunakan untuk sesuatu yang berhubungan dengan dunia gelap. Berasal dari kata "occult" yang berarti gelap. Saya hanya diam mendengar pernyataan ini dan dalam hati mengakuinya.
Akhirnya, saya mengerti bahwa okultisme tidak hanya berhubungan dengan setan secara langsung. Buku berjudul "Antara Kuasa Gelap dan Kuasa Terang" yang ditulis oleh Pdt. Pondsius Takaliuang merupakan buku yang membuat saya sadar bahwa sejak lahir banyak orang yang sudah terlibat dalam okultisme tanpa disadarinya, termasuk saya.
Dari buku yang saya baca itu, ternyata ada tiga sikap manusia terhadap okultisme. Kelompok pertama adalah kelompok yang tidak percaya sama sekali dan tidak peduli dengan Iblis yang tidak bisa dilihat lewat mikroskop atau teleskop. Lalu ada kelompok yang percaya tetapi tidak peduli. Dan terakhir, kelompok ekstrim yang terlalu menekankan keterlibatan Iblis dalam setiap aspek kehidupannya sehingga semuanya dianggap karena Iblis atau kesalahan Iblis.
Saya bingung masuk ke kelompok yang mana, saya tidak percaya akan keberadaan setan, menurut saya, itu hanya cerita yang dibuat untuk menakut-nakuti. Tetapi setiap lewat kuburan bulu tengkuk saya tetap berdiri. Kadang-kadang saya merasa sebagai kelompok kedua, tetapi saya yakin bukan anggota kelompok ekstrim.
Beberapa waktu lalu, saya melihat kelompok ketiga di sebuah gereja. Waktu itu pengkhotbahnya sedang berbicara tentang dosa. Tiba-tiba ia bertanya, "Kalau kita melakukan pelanggaran atau dosa, siapa yang salah?"
"Setan!" jawab seseorang yang duduk di bagian tengah, saya tidak bisa melihatnya karena begitu banyak jemaat yang hadir. Bahkan juru kamera juga tidak berhasil mendapatkan orangnya, ia hanya mengarahkan kamera ke arah suara jawaban tersebut. Waktu kamera bergerak, ruangan ibadah menjadi gemuruh oleh suara tawa hampir seluruh jemaat.
Setan atau Iblis kadang-kadang disamakan dengan hantu orang yang sudah mati. Sehingga setiap kali melewati kuburan, banyak orang yang bulu kuduknya berdiri, termasuk saya, percaya di situ ada hantu atau roh orang meninggal yang masih gentayangan di dekat kuburannya. Banyak orang Kristen yang masih percaya adanya hubungan antara dunia orang mati dan dunia orang hidup. Apalagi kalau diperhatikan sekilas, dalam Alkitab terdapat sebuah cerita tentang adanya hubungan antara orang hidup dan orang mati, yaitu cerita Raja Saul memanggil Samuel yang sudah mati dengan perantaraan seorang pemanggil arwah. Cerita ini sering dipakai untuk menguatkan kepercayaan tentang hubungan antara dunia orang hidup dan dunia orang mati. Dari buku ini, saya tahu ternyata itu merupakan salah satu cara setan untuk menipu manusia.
Saya masih ingat, bibi saya bercakap-cakap dengan kakek setiap kali membersihkan makamnya. Bukan hanya dia saja yang melakukannya. Banyak yang melakukannya di kuburan, bahkan menganggap membersihkan makam merupakan salah satu bentuk ungkapan rasa hormat terhadap penghuninya, atau sebagai jalan untuk mendapatkan berkat dari si orang mati.
Jika ilmu pengetahuan mengenal deret bilangan seperti bilangan prima 1, 2, 3, 5, 7, 11, ... (jika ditulis selengkapnya tidak akan habis sampai selama-lamanya), okultisme mengenal deret angka kematian, yaitu angka 3, 7, 40, 100, 1000. Angka-angka ini dipakai oleh keluarga Kristen untuk memperingati kematian anggota keluarganya.
Sehingga karena aturan adat, beberapa orang tanpa sadar sebelum lahir sampai masuk kuburan terus-menerus berhubungan dengan okultisme. Lihat saja, waktu dalam kandungan sudah mengikuti berbagai aturan adat yang aneh-aneh. Lalu setelah mati, kematiannya diperingati ketika memenuhi deret angka kematian di atas.
Banyak bentuk lain dari keterlibatan dalam okultisme, seperti remaja yang percaya ramalan bintang. Sehingga setiap akan melakukan kegiatan penting selalu melihat ramalan bintang di koran atau majalah, bahkan dari televisi. Dalam urusan jodoh, mereka mencari pasangan dengan bintang yang cocok menurut buku astrologi. Sebenarnya, kepercayaan ini merupakan salah satu bentuk okultisme yang paling banyak dilakukan dan sudah berlangsung selama ribuan tahun.
Ada banyak cara untuk melihat apakah seseorang sadar atau tidak sadar terlibat dalam okultisme. Ternyata kemampuan untuk melihat hal-hal yang tidak bisa dilihat oleh orang lain merupakan salah satu tanda keterlibatannya. Seseorang yang mampu melihat sesuatu berbaju putih di samping pintu, padahal orang lain tidak, seharusnya mulai bertanya-tanya apakah ia mewarisi sesuatu dari keluarganya.
Okultisme tidak selalu berhubungan langsung dengan setan, yang kadang-kadang disebut ilmu hitam, seperti yang bisa dilihat melalui iklan yang menawarkan jasa untuk menemukan barang hilang, jimat antimaling, jimat untuk mencari pasangan hidup, dan lain-lain yang biasanya bisa dilihat dalam majalah yang mengkhususkan diri dengan hal-hal yang berbau mistis. Ternyata ada okultisme yang sama sekali tidak memperlihatkan kehitamannya, seperti menumpangkan Alkitab di atas kepala orang sakit, membawa gambar Yesus di dalam dompet, merasa aman dengan adanya patung salib di rumah. Ini juga merupakan bentuk okultisme karena Alkitab tidak punya kuasa apa-apa, gambar Yesus hanyalah gambar yang dilukis oleh seorang seniman, dan salib tidak ada artinya kalau hanya dalam bentuk dua potong kayu disilangkan.
Orang Kristen kadang-kadang memang terlibat dalam okultisme tanpa menyadarinya. Betapa sering seseorang melakukan perjalanan tanpa pernah lupa untuk membawa Alkitab, tetapi bukan untuk dibaca, melainkan hanya merasa lebih aman dengan keberadaan Alkitabnya. Berapa banyak orang Kristen yang mengumpulkan roti sisa perjamuan kudus hanya karena percaya roti ini punya kekuatan khusus?
Banyak hal merugikan yang dialami oleh orang-orang yang terlibat, seperti tidak adanya kepercayaan diri tanpa "pegangan" tadi, sulit menerima kebenaran firman Tuhan, hidup yang tidak ada kedamaian. Dan yang sangat parah, dampak buruknya diwariskan kepada orang-orang terdekat, seperti anak yang sakit-sakitan atau cacat secara fisik maupun mental.
Jika orang Kristen ditanya alasan keterlibatannya dengan okultisme, jawabannya bermacam-macam. Ada yang menjawab karena menghormati orang tua, melayani orang mati, dsb.. Jawaban-jawaban tersebut sebenarnya hanyalah alasan karena ia ingin mendapatkan keuntungan atau pertolongan dari orang yang sudah mati. Ada yang menjawab karena dukun juga ada yang memakai nama Tuhan, atau paling tidak memakai jasa dukun lebih cepat sembuhnya. Adat istiadat juga terkadang memaksa seseorang untuk terlibat secara langsung.
Okultisme memang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan Kristen, bukan hanya di daerah pedalaman. Melepaskan diri dari cengkeramannya bukanlah hal yang mudah. Diperlukan orang-orang yang siap menjadi konselor, yang harus menyelidiki secara langsung latar belakang seseorang. Dan kadang-kadang orang tersebut tidak akan bisa begitu saja terlepas, karena setan tidak akan tinggal diam.
Inilah hal-hal yang saya dapatkan dari buku tipis tersebut. Sungguh membantu saya menyadari bahwa sebenarnya saya telah terlibat dalam okultisme, walaupun bukan atas kemauan sendiri. Setelah membaca buku ini, saya sadar bahwa saya harus melakukan sesuatu.
Waktu saya lahir, Kakek berkata, "Anak ini nanti yang akan mendapatkan senjata pusaka keluarga!" Dan tidak ada yang berani memprotesnya. Keluarga besar kami menyimpan sebuah senjata tradisional yang sudah berumur ratusan tahun. Dulu selalu dipakai dalam peperangan antar suku. Waktu kecil, saya tidak memedulikannya, tetapi Kakek selalu mengingatkan kalau senjata itu harus dijaga dan tidak boleh dijual.
Saya tidak pernah menyadari kalau saya sudah terlibat dalam okultisme secara tidak langsung. Saya juga mengalami hal-hal yang dialami oleh orang lain ketika ke gereja: mengantuk, suka tertidur, melamun, malas kalau pengkhotbahnya sudah naik ke atas mimbar. Saya melihat teman-teman juga mengalami hal yang sama sehingga menganggap itu hal biasa. Mengalami apa yang namanya "firman Tuhan masuk ke telinga kiri lalu keluar lewat telinga kanan."
Setelah membaca buku tersebut dan sadar bahwa saya tidak akan bisa benar-benar bertumbuh tanpa melepaskan diri dari kuasa gelap ini, saya membicarakannya dengan beberapa orang yang bisa dipercaya. Akhirnya, mereka merekomendasikan sebuah organisasi yang terlibat dalam pelayanan pelepasan seperti itu. Sehingga akhirnya saya ke sana dan berkonsultasi sampai saya berani mengambil keputusan untuk melakukan doa pelepasan.
Saya tidak bisa mengatakan saya benar-benar lepas, salah satunya saya belum berani untuk menghancurkan senjata yang diwariskan, saat ini saya hanya terpisah dengan senjata itu dan iblis yang bersembunyi di baliknya. Tetapi satu hal yang pasti, sekarang sepertinya saya bisa bertumbuh sedikit lebih baik daripada sebelumnya. Walaupun demikian, sebenarnya saya belum benar-benar bisa melepaskan diri.
Informasi buku:
Judul buku | : | Antara Kuasa Gelap dan Kuasa Terang: |
Okultisme Ditinjau dari Segi Iman Kristen | ||
Penulis | : | Pondsius Takaliuang |
Penerbit | : | Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia |
Departemen Literatur, Malang 1980 | ||
Ukuran buku | : | -- |
Tebal | : | -- |
- Login to post comments
- 7790 reads