Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs GUBUK
Melek Visual
Submitted by Thersetya on 30 October, 2012 - 10:49
Kategori: Artikel
Kapan seorang ilustrator tidak menjadi ilustrator? Jawabannya: hampir selalu. Kebanyakan ilustrator tidak hanya membuat gambar objek atau peristiwa dalam teks. Mereka hampir selalu membuat komentar sendiri. Lihat saja kartun oleh Andrew Weldon pada halaman 167, yang menjadi pembuka jenaka bab ini. Kartun ini merupakan komentar yang sangat pintar tentang gagasan saya. Ia memiliki suara sendiri. Saya meminta penerbit untuk mencarikan saya seorang seniman yang bisa melakukan itu karena buku saya akan lebih bernilai jika orang lain menyumbangkan komentar visual alih-alih hanya membuat ilustrasi dari apa yang saya tulis.
Membaca Gambar
Belajar membaca simbol visual selain kata-kata merupakan bagian dari keberaksaraan. Sebagian orang lebih cakap dalam hal ini daripada yang lain, tetapi kecakapan ini bisa diajarkan, terutama berkaitan dengan buku cerita bergambar. Dunia ini penuh dengan simbol dan anak-anak mulai mengenali banyak di antaranya pada usia dini. Huruf M besar dari McDonald's adalah simbol pemasaran yang cemerlang. Anak-anak bawah-dua-tahun tahu bahwa itu berarti makanan sebelum mereka menyadarinya sebagai salah satu abjad. Mereka merasakan kegairahan di dalam mobil ketika kakak-kakak mereka menunjuk lengkung-lengkung keemasan itu, dan kemudian mengerang karena ayah/ibu mereka tidak menghentikan mobil. Tanda lain yang terkenal -- lingkaran merah dengan palang di tengah -- menunjukkan larangan (Misalnya dilarang merokok. Dilarang membunyikan klakson. Dilarang membawa anjing). Dan ketika sosok hantu ditambahkan di tengah lingkaran itu oleh pengiklan yang cerdik, setiap anak segera menghubungkannya dengan film Ghostbusters. Alat pemasaran yang ampuh. Agen iklan memahami bahasa visual. Demikian pula semua guru yang baik. Menerjemahkan bahasa nonverbal merupakan bagian dari belajar membaca, bukan hanya dalam buku, melainkan juga di sekeliling kita. Dan ini mengasyikkan juga.
Dalam buku cerita bergambar terkenal "Where the Wild Things Are", penulis ilustrator, Maurice Sendak, menceritakan Max yang meninggalkan tempat tidurnya untuk mengunjungi pulau yang didiami bangsa monster. Max mengalami petualangan seru yang tampaknya mengharuskan dia tinggal lama. Ketika akhirnya Max kembali ke kamarnya, kita bertanya-tanya berapa lama dia pergi? Apakah petualangan itu benar-benar terjadi? Tanyakan pada anak-anak di kelas, dan ada saja yang memerhatikan apa yang luput dari pengamatan saya ketika pertama kali membaca buku ini. Bulan di luar jendelanya kini purnama dan memasuki fase lain. Beberapa hari telah berlalu. Anak-anak menyukai analisis semacam ini dan menjadi ahli membaca gambar dalam buku.
Tidak seperti Maurice Sendak, kebanyakan penulis tidak bisa menggambar dengan baik. Saya bahkan payah dan selalu membutuhkan bantuan ilustrator. Bersama, kami menulis buku cerita bergambar. Sang ilustrator ikut bercerita. Itu sebabnya, kebanyakan buku cerita bergambar tidak bisa dibacakan di radio. Dalam buku kami, "The Fisherman and the Theefyspray", Jane Tanner menceritakan bagiannya dengan gambar.
Buku itu bercerita tentang ikan Theefyspray terakhir di dunia. Makhluk malang itu nyaris punah ketika sebuah peristiwa ajaib terjadi. Seekor bayi Theefyspray terlahir. Sebagai pembaca, kita tidak ingin bayi ini mati. Namun, kita khawatir. Jane telah menggambarkan bayangan di permukaan air yang belakangan kita sadari ternyata sebuah perahu. Kemudian, kita melihat kaitan pancing dengan umpan. Teks tidak menyebutkan hal-hal ini sama sekali. Akhirnya, dalam gambar yang sangat dramatis, kita melihat bayi ikan ini memakan umpan. Tak ada kata-kata pada halaman ini. Teks tidak dibutuhkan. Gambar sudah menceritakan segalanya.
Jane memodifikasi gambarnya agar sesuai dengan cerita saya dalam beberapa hal. Dan saya mengubah teks menuruti permintaannya. Saya akan selalu ingat nada marahnya di telepon ketika dia menggarap halaman yang berbunyi, "Dia melemparkan Theefyspray kembali ke air."
"Paul," katanya. "Ini khas laki-laki. Tulislah, 'Dia memasukkan Theefyspray kembali ke dalam air.'" Saya pun menurutinya, dan Jane menggambar ilustrasi menakjubkan dua tangan kasar dengan lembut menurunkan Theefyspray kembali ke dalam air.
Dari pengalaman saya, kebanyakan seniman tidak suka diberi arahan tentang ilustrasi oleh penulis. Meskipun Jane dan saya mendiskusikan pentingnya gambar yang menunjukkan ancaman nelayan, dia tidak menginginkan lebih banyak daripada saya. "Ini tanggung jawabku sekarang, Paul," katanya. "Kau serahkan saja padaku."
Ini hampir mirip dengan sutradara. Mereka tidak suka diberi tahu di mana meletakkan kamera. Ketika saya menulis skenario pertama untuk serial televisi "Round the Twist", saya membaca buku tentang angle, panning, zooming, dan tetek bengek mengenai kamera. Saya membumbui skenario dengan segala istilah perkameraan, memamerkan pengetahuan saya. Skenario itu kembali kepada saya dengan catatan singkat dari sutradara. "Kautulis saja terus ceritanya dan biar aku yang memutuskan bagaimana syutingnya." Dalam keseluruhan 27 skenario yang saya tulis untuk serial ini, saya tak pernah menyebutkan kamera lagi.
Ada persamaan yang menarik antara program televisi dan buku cerita bergambar. Dalam salah satu skenario pada awal karier, saya menulis dialog dua anak yang salah seorang di antaranya berkata, "Lihatlah lidah laut itu menjilati pantai di bawah sana." Kembali dari editor, kalimat itu sudah dicoret. Dia menggantinya dengan satu kata -- "Lihat." Ini sering berlaku juga pada buku cerita bergambar.
Namun, pada akhirnya, penulislah yang harus memastikan bahwa ilustrasi dan teks bekerja sama untuk membantu pembaca memahami cerita. Penerbit saya, Julie Watts, meminta saya menulis empat buku cerita pengenalan untuk pembaca pemula. Buku-buku ini tentang sebuah dunia yang di dalamnya anjing digantikan naga. Cerita berkisar pada seekor naga liar bernama Rascal. Dalam kasus ini, karena gambarlah yang bercerita banyak, saya menulis deskripsi mendetail untuk Bob Lea, sang ilustrator. Di samping ini adalah halaman pertamanya, yang telah dimodifikasi oleh perancang buku, Sandy Cull. Sketsa pada halaman 137 merupakan pengembangan lanjut.
Saya telah meminta agar bagian utama ilustrasi tidak jatuh di lipatan antarhalaman. Ini penting untuk "double-page spreads" agar karya seni yang indah tidak patah di tengah-tengah.
Menjodohkan Teks dengan Ilustrator
Saya pernah bekerja dengan sejumlah ilustrator, mereka semua memiliki bakat luar biasa dan cakupan luas dalam apa yang bisa mereka gambar. Setiap gambar memiliki kekhasan yang membuat saya tertarik untuk menjodohkan mereka dengan cerita tertentu. Keith McEWan ahli menunjukkan ekspresi wajah yang kacau-balau dan gerakan dalam karyanya. Peter Gouldthorpe mampu mengungkapkan situasi bahaya dan mistisisme. Dengan sempurna, Craig Smith menyajikan humor tak terduga dalam kehidupan domestik. Jane Tanner mengungkapkan emosi yang kuat, bahkan tanpa menggambarkan wajah. Dia seorang yang berperasaan halus dan membuat ilustrasi dengan penuh perasaan.
Terry Denton memunyai rasa humor yang nakal. Dia memaksimalkan kegembiraan ke batas mutlaknya dengan cara yang tidak bisa ditiru. Beberapa penulis mungkin tidak suka ilustrator memasukkan banyak unsur humornya sendiri ke dalam cerita seperti yang dilakukan Terry, tetapi saya menyukainya. Bob Lea andal dengan teknik-teknik mutakhir dalam seni menggunakan komputer. Penggunaan perspektifnya mengagumkan dan tokoh-tokoh naga yang dia ciptakan untuk buku-buku Rascal sangat orisinal.
Menerjemahkan Simbol Visual
Beberapa buku bergambar sama sekali tidak berteks. Buku semacam ini bermanfaat baik bagi pembaca mahir maupun yang masih belajar. The Snowman karya Raymond Briggs adalah novel grafik tentang manusia salju yang menjadi hidup dan kemudian mulai meleleh. Kisahnya bisa membuat pembaca terharu dan meneteskan air mata -- sama sekali tanpa kata. Judul lain yang populer adalah The House oleh Monique Felix dan Zoom oleh Istvan Banyai.
Buku tanpa kata bisa digunakan untuk meningkatkan harga diri si pembaca enggan yang menghadapi kesulitan dengan teks. Buku seperti ini memang tidak digunakan untuk mengajar secara langsung pengenalan kata, tetapi sangat bermanfaat. Anak belajar membaca dari halaman awal, kemudian maju sampai akhir buku. Dan mereka belajar bahwa cerita memiliki struktur dan bergerak dari satu peristiwa ke peristiwa lainnya. Ada kisah yang diceritakan, meskipun tanpa kata-kata. Buku seperti ini membantu anak-anak memperkirakan dan menginterpretasi. Anak diajari untuk melek visual. Dan yang terpenting, anak-anak diarahkan untuk mengasosiasikan buku dengan kesenangan. Membaca buku merupakan keasyikan.
Membaca peta merupakan fungsi penting dari melek visual. Anak-anak dapat membacakan peta ketika kita sedang menyetir. Beri mereka peta dan biarkan mereka menunjukkan arah. Nadia Wheatley dan Donna Rawlins menciptakan buku bagus berjudul "My Place" yang mengintegrasikan peta dalam teks.
Melek visual mengambil bermacam-macam bentuk. Saya pernah bekerja dengan anak laki-laki berusia 10 tahun yang mengalami masalah serius dalam membaca. Dia bahkan tidak bisa mengenali kata-kata sederhana seperti "pig" dan "man". Lalu, suatu hari dia datang untuk les lebih awal dan mendapati saya sedang mencoba menyetel waktu sebuah arloji digital baru. Saya begitu frustrasi sampai berkeinginan untuk melemparkan benda konyol itu ke tempat sampah. Arloji itu memiliki empat tombol yang berbunyi jika ditekan, tetapi tampaknya tidak berhubungan dengan apa pun pada layar kecilnya. James mengambil arloji itu dari tangan saya dan tanpa berbicara sepatah kata pun dia menyetel tanggal, waktu, dan alarm, dalam beberapa detik saja.
Saya payah dengan benda-benda elektronik ini. Video player, microwaves, dan game komputer benar-benar membingungkan. Saya biasa berkata bahwa orang-orang yang menulis manual alat-alat ini buta huruf, tetapi saya harus menghadapi kenyataan bahwa sayalah yang buta visual dalam hal ini. Sekretaris saya harus memprogramkan nomor-nomor pada ponsel saya karena saya tidak bisa melakukannya sendiri.
Anak-anak memiliki perbedaan pula dalam kemampuan mereka. Tampaknya, faktor individual dan gender berpengaruh di sini. Ada pernyataan umum bahwa anak laki-laki pintar membaca peta dan main bola, dan bahwa anak perempuan hebat dalam hal lainnya. Ini tentu saja berlebihan, tetapi ada benarnya juga. Secara umum, anak-anak perempuan membaca dan menulis lebih baik daripada anak-anak laki-laki. Pembaca tersendat lebih banyak anak-anak laki-laki daripada perempuan. Namun, anak-anak perempuan tidak secakap anak laki-laki dalam tugas-tugas yang membutuhkan keterampilan tangan.
Meskipun lebih banyak anak laki-laki daripada perempuan yang membaca buku saya, saya menerima lebih banyak surat dari anak perempuan. Ini sebagian karena anak-anak perempuan menulis surat lebih sering daripada anak-anak laki-laki, dan juga mencerminkan keunggulan dan minat mereka dalam tugas-tugas linguistik.
Anak laki-laki lebih berisiko mengalami hambatan membaca. Mereka juga sangat sensitif mengenai hubungan antara "kelelakian" dan kegiatan membaca. Mereka tidak mau terlihat seperti "profesor" atau kutu buku. Ada bukti bahwa sementara anak perempuan dengan senang hati membeli buku dengan gambar anak laki-laki di sampulnya, anak laki-laki barangkali tidak mau membeli buku dengan gambar anak perempuan di sampulnya. Ini memang aspek yang meresahkan dari melek visual dan harus diatasi.
Sangat penting bahwa kita sebagai orang tua dan masyarakat secara umum, memperkenalkan buku sebagai objek yang berstatus tinggi, dan menulis sebagai kegiatan yang bergengsi baik bagi anak laki-laki maupun anak perempuan. Inilah alasan mengapa saya tidak pernah menolak memberikan tanda tangan. Anak-anak perlu memiliki penulis, penari, seniman, dan penyair sebagai idola di samping aktor, pemain bola, dan tentara. J.K. Rowlin berkata, "Anda berjasa besar telah menaikkan status penulis."
Interpretasi visual terhadap gambar-gambar dalam buku adalah cara terbaik untuk menghapus bias gender (dan lainnya) dari budaya kita. Istri saya, Claire, telah menulis beberapa buku panduan mendongeng dan membacakan cerita. Ketika dia bekerja dengan anak-anak, dia sering menggunakan buku cerita bergambar berjudul "Ca-a-r, Ca-a-a-a-r" karya Geoff Havel dan Peter Kendall, dan menjadikannya alat yang ampuh. Kisah yang tampaknya sederhana ini bercerita tentang seorang pengendara mobil yang kehilangan kendali, menyebabkan kekacauan di sebuah pertanian dan akhimya terluka sendiri. Claire berhenti pada halaman yang berbunyi, "Kwek," kata si bebek ketika dokter itu turun dari ambulans. Dia membacakan teks tanpa menunjukkan halamannya. Alih-alih, dia meminta anak-anak menggambar ilustrasinya sendiri.
Mereka selalu menggambarkan dokternya laki-laki. Kegiatan seperti ini bisa mengarah pada diskusi yang bagus tanpa ceramah.
Penulis dan seniman juga melakukan kesalahan. Saya pernah mengalami insiden memalukan yang masih membuat saya jengah. Produser "Round the Twist" meminta saya menemui seorang eksekutif dari stasiun televisi Amerika. Eksekutif ini sedang mempertimbangkan untuk menyiarkan serial ini di stasiunnya, tetapi ada masalah.
Kami bertiga sarapan bersama dan sang eksekutif, seorang keturunan Afrika-Amerika, langsung membidik pokok permasalahan. "Paul," katanya, "Tak ada orang berkulit hitam di film ini. Tak ada suku Aborigin. Juga tak ada orang Asia, Indian, atau anak-anak dari kelompok-kelompok budaya lain di Australia."
Saya terkejut. Rasanya seperti dipukul dengan palu. Bagaimana bisa kami membiarkan ini terjadi? Saya tidak menangani pemilihan pemeran, tetapi saya punya suara. Mengapa saya tidak memerhatikan? Kejadian ini buruk sekali terutama karena ada keturunan suku Aborigin dalam keluarga saya sendiri. Serial ini dibuat sudah lama sekali, tetapi itu bukan alasan. Kami memastikan hal seperti ini tidak terjadi lagi pada serial berikutnya.
Setelah dewasa, anak-anak yang diajarkan untuk membaca gambar (dan teks) dengan kritis akan menemukan kesalahan dan bias dalam gambar, buku, dan film. Mereka akan membaca pesan-pesan yang baik dan disengaja oleh seniman dan juga menangkap kelemahan, penghilangan, dan kelicikan.
Mereka akan menyadari praktik-praktik terselubung seperti penampilan produk tertentu dalam film. Mereka akan tahu, bukanlah ketidaksengajaan bahwa adegan utama sebuah film mengambil tempat di depan poster raksasa minuman ringan populer. Mereka akan belajar menjadi penonton kritis dan menyadari strategi licik yang digunakan dalam politik dan periklanan, terutama di televisi.
Gambar berpengaruh besar dalam kehidupan kita. Belajar membaca gambar bisa dimulai sejak dini.
Kitab Bibel dibuka dengan kalimat, "Pada mulanya adalah kata." Walaupun mungkin benar bahwa manusia berbicara dahulu sebelum menggambar, juga benar bahwa mereka berkomunikasi dengan gambar-gambar di dinding gua jauh sebelum mereka menulis kata.
Kemampuan membaca visual menempati posisi utama dalam perkembangan umat manusia. Kini, kecakapan itu masih menjadi bagian yang sangat penting dalam pendidikan anak. Bagian yang menjadi tempat orang tua untuk memainkan peran utama.
Diambil dari:
Judul asli buku | : | Agar Anak Anda Tertular "Virus" Membaca |
Judul buku terjemahan | : | The Reading Bug ... And How You Can Help Your Child to Catch It |
Penulis | : | Paul Jennings |
Penerjemah | : | Ary Nilandari |
Penerbit | : | Penerbit MLC, Bandung 2006 |
Halaman | : | 169 -- 183 |
- Login to post comments
- 2859 reads