Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs GUBUK
Jika Suami Anda Berselingkuh
Submitted by admin on 26 June, 2009 - 15:02
Kategori: Resensi Buku Cetak, Pernikahan Kristen
|
Debbie Then, Ph.D. adalah psikolog sosial dan jurnalis yang menyandang gelar Doktor Psikologi dan Pendidikan dari Stanford University di Amerika Serikat. Ia seorang pakar yang dikenal di dunia internasional dalam bidang humas, perempuan, dan kecantikan. Di samping itu, ia juga menjadi penulis dan komentator televisi.
Siapa Tidak Takut?
Tidak ada seorang pun yang ingin berselingkuh. Namun belakangan ini berkembang fenomena yang menyedihkan tentang kehidupan perkawinan. Dalam berbagai media dapat disaksikan bahwa perselingkuhan nyaris dilakukan oleh semua orang yang menikah, di mana pun. Selingkuh merupakan hal yang ditakuti oleh setiap pasangan, "Ih ..., amit-amit! Jangan sampai terjadi!" Kalimat ini mungkin akan muncul ketika seseorang membaca judul buku ini. Buku yang berjudul asli "Women Who Stay with Men Who Stray" ini mengangkat hal yang takut dibicarakan oleh kebanyakan orang. Di sinilah keunikannya. Penulis sendiri mengungkapkan bahwa: "Perselingkuhan adalah tema percakapan yang dihindari, sehingga buku ini membutuhkan banyak masukan dari banyak orang yang ingin nama mereka dirahasiakan" (hlm. IX). Karena Debbie Then, sang penulis, merupakan seorang psikolog sosial dan jurnalis yang menyandang gelar Doktor Psikolog, tentunya ia tidak terlalu kesulitan mengumpulkan data guna mendukung tulisannya. Lagipula buku ini memang berisi banyak kesimpulan dari hasil penelitian lainnya yang dikutip penulis.
Buku ini disajikan dalam tiga bagian besar. Bagian pertama berbicara tentang berbagai alasan sosial perselingkuhan laki-laki. Mulai dari yang masuk akal sampai yang sama sekali tidak dapat diterima oleh akal sehat. Dengan gamblang, dipaparkan perbedaan antara laki-laki dan perempuan di dalam dan terhadap pernikahan. Berdasarkan penelitian dikatakan bahwa biasanya "pernikahan merupakan sebuah kesempatan yang lebih menguntungkan laki-laki daripada perempuan" (hlm. 5). Dengan melihat berbagai pengalaman yang diungkapkan dalam buku ini, para perempuan yang hidup melajang dapat mensyukuri pilihannya tersebut.
Bagian kedua bersifat ajakan untuk tetap jujur pada diri sendiri walaupun tinggal dengan pasangan yang tidak jujur. Diungkapkan pengalaman para perempuan yang bertahan dengan suaminya yang berselingkuh. Juga disodorkan pertanyaan-pertanyaan kritis untuk direnungkan sebelum mengambil keputusan bertahan atau pergi. "Mungkin Anda tidak bisa selalu menerima yang Anda inginkan, tetapi yang jelas Anda punya kesempatan untuk menolak apa yang sungguh-sungguh tidak Anda kehendaki" (hlm. 51). Pada bagian ini, para perempuan seolah-olah disadarkan kembali bahwa mereka juga berhak menikmati pernikahan dan kehidupannya.
Walaupun buku ini terkesan hanya memberikan informasi tentang kehidupan perkawinan di Amerika, karena memang keseluruhan penelitian dilakukan di sana sehingga tidak dapat disamakan atau diterapkan begitu saja dalam kehidupan di Indonesia. Namun sungguh, kenyataan-kenyataan yang diungkapkan dalam buku ini tidak terlalu jauh berbeda dengan kondisi di sini saat ini.
Bagian ketiga, yang terdiri lima bab, memberikan suntikan semangat kepada para korban perselingkuhan untuk terus berkembang setelah pengkhianatan. Di sini diungkapkan bahwa perselingkuhan bukan akhir dari perkawinan atau bahkan akhir kehidupan. Orang yang menganggap demikian kemungkinan besar adalah orang yang tergantung secara keseluruhan terhadap pasangan secara emosional, sosial, dan ekonomi. Mereka kurang percaya bahwa diri mereka sendiri memunyai kemampuan untuk mandiri (sekalipun sudah menikah), "semakin banyak pilihan yang bisa Anda ambil dalam hidup ini, maka semakin besar rasa percaya diri Anda dan semakin puas Anda menjalani hidup ini. Jadikanlah diri Anda tuan di atas hidup Anda" (hlm. 342).
Seperti juga pada bagian-bagian lain, ada juga pernyataan-pernyataan mengejutkan pada bagian ini, paling tidak untuk beberapa kelompok tertentu. Misalnya, "Bercerai bukanlah gagasan yang sama sekali buruk! Bagi banyak perempuan, perceraian justru menjadi pengalaman yang membebaskan, dan memberi mereka kesempatan untuk menjalani hidup yang lebih bahagia dan sukses" (hlm. 348). Kedengarannya isi buku ini begitu menakutkan untuk dibaca oleh mereka yang hendak memasuki jenjang pernikahan. Tapi buku ini rasanya tidak bermaksud menakut-nakuti mereka yang akan menikah. Buku ini menolong para perempuan untuk berhati-hati jika pasangan mereka mulai memperlihatkan tanda-tanda perselingkuhan seperti yang sudah disebutkan dalam buku ini.
Buku ini diakhiri dengan sebuah epilog, yang juga mengangkat kasus Putri Diana serta penyanyi John Denver, yang pernah menjadi korban perselingkuhan. Dikatakan penulis bahwa, "Pada dasarnya, perselingkuhan merupakan pengkhianatan terhadap kepercayaan" (hlm. 351). Artinya, jika kepercayaan itu sudah disia-siakan, maka sulit melanjutkan perjalanan bahtera rumah tangga. Pada akhir buku, penulis menyerahkan keputusan kepada masing-masing pribadi, tapi dengan sedikit memengaruhi, "Apakah Anda akan bertahan dengan suami yang tidak setia atau pergi dan membangun hidup yang lebih baik?" (hlm. 354). Pertanyaan ini seolah-olah mendorong seseorang untuk bercerai saja jika terjadi perselingkuhan dalam pernikahannya. Sedangkan dalam buku ini, digambarkan bahwa nyaris dalam semua pernikahan terjadi perselingkuhan. Apakah mereka semua harus bercerai?
Diambil dan diringkas dari:
Nama situs | : | BPKGM.COM |
Peresensi | : | Pdt. Magyolin Carolina (Pendeta Jemaat |
Gereja Kristen Pasundan-Jatiasih) | ||
Alamat URL | : | http://www.bpkgm.com/ |
- Login to post comments
- 3038 reads