Skip to main content

Gereja yang Membumi, Maksudnya?

Gereja, yang berasal dari istilah Yunani ekklesia, seharusnya berfungsi sebagai wakil Allah untuk menyampaikan kabar keselamatan, namun banyak dari gereja saat ini yang kehilangan fokus tersebut dengan menonjolkan identitas dan kuantitas jemaat. Buku karya Ev. Daniel Alexander mengingatkan pentingnya kembali kepada tujuan gereja yang sejati, dengan menyoroti pelayanan anak dan menggerakkan kebangunan rohani dari diri sendiri dan keluarga. Melalui tulisan ini, penulis mendorong jemaat untuk melakukan otokritik dan lebih terlibat dalam kehidupan gereja.

  • Gereja
  • ekklesia
  • kabar baik
  • pelayanan anak
  • kebangunan rohani
  • Reformasi Gereja
  • motivasi
  • Istilah "gereja" berasal dari bahasa Yunani "ekklesia", yang berarti dipanggil, dipisahkan, dan dikhususkan untuk Tuhan.
  • Tujuan awal gereja adalah mewartakan kabar baik dan keselamatan, namun saat ini banyak gereja mengutamakan identitas dan kuantitas jemaat.
  • Khotbah yang lebih fokus pada keuangan dan kesembuhan mengabaikan kebenaran Allah yang sejati, menciptakan kondisi yang memprihatinkan.
  • Buku ini berisi kumpulan khotbah oleh Ev. Daniel Alexander, yang menantang gereja untuk melakukan otokritik terhadap fungsinya.
  • Pentingnya pelayanan anak: banyak gereja tidak memberikan perhatian yang cukup terhadap pelayanan anak, yang berdampak pada masa depan gereja.
  • Penggerakan kebangunan rohani harus dimulai dari diri sendiri dan keluarga, dengan sikap jujur dan kerendahan hati.
  • Buku ini sangat membangun kerohanian dan disarankan untuk dibaca oleh orang lain.
  • Informasi buku: "Gereja yang Membumi - Menghadirkan Tuhan dalam Gereja", oleh Ev. Daniel Alexander, diterbitkan oleh PBMR ANDI pada tahun 2005, memiliki 101 halaman.

Ditulis oleh: Lani Mulati

Istilah gereja yang berasal dari bahasa Yunani, ekklesia, memiliki arti dipanggil, dipisahkan, dan dikhususkan untuk Tuhan. Gereja sejak awal ditugaskan sebagai wakil Allah untuk mewartakan kabar baik, kabar keselamatan kepada dunia. Namun sayangnya seiring dengan berjalannya waktu, banyak gereja yang kini cenderung menonjolkan identitas mereka, berlomba-lomba mencari nama, membangun gedung besar yang berfasilitas lengkap, bersaing meningkatkan kuantitas jemaat dengan menghadirkan artis-artis rohani, dan sebagainya. Hal ini berbeda jauh dengan tujuan gereja mula-mula yaitu di panggil, dipisahkan dan dikhususkan untuk Tuhan. Rencana awal Allah dengan gereja menjadi kabur. Keadaan diperparah karena Kristus tidak lagi menjadi dasar dan tujuan pelayanan.

Bagi beberapa jemaat, gereja seolah berubah menjadi tempat untuk mencari kekuatan, berkat, keberhasilan dalam usaha, kesembuhan, penghiburan atau hal-hal semacamnya. Hal ini terjadi karena di beberapa gereja khotbah-khotbah yang membahas tentang keuangan, motivasi, mukjizat kesembuhan dan berkat-berkat lebih banyak didengung-dengungkan daripada kebenaran Allah yang sejati. Kondisi ini akan semakin memprihatinkan karena gereja dengan berbagai alasan berusaha mengikuti perkembangan zaman tapi mengesampingkan tujuan dan fungsi kehadirannya di dunia.

Melalui buku ini saya diberi pencerahan tentang kehidupan gereja. Topik-topik seperti Gereja yang Memindahkan Surga ke Bumi, Gereja Sebagai Agen Transformasi, Gereja Kristal Bening, Menjadi Gereja yang Benar, dan sebagainya dijelaskan dengan begitu gamblang. Pada dasarnya buku ini adalah kumpulan khotbah Ev. Daniel Alexander. Dengan misinya sebagai pendidik dan pembidik, beliau menantang segenap warga gereja untuk melakukan otokritik mengenai seberapa jauh gereja telah melakukan fungsinya sebagai ekklesia.

Secara pribadi saya banyak diingatkan dengan berbagai pelajaran, mulai dari pelajaran tentang pentingnya menyediakan dan membina pelayanan anak hingga bagaimana mewujudkan hidup Kristen yang benar. Hati saya miris melihat kenyataan bahwa cukup banyak gereja yang tidak memiliki perhatian khusus terhadapan pelayanan anak. Gereja seolah tidak peduli dengan masa depannya. Gereja seolah tidak percaya dengan menelantarkan anak-anak dan tidak membimbing mereka melalui sekolah minggu, mereka sedang memutuskan rantai kehidupan gereja. Naasnya, ada juga gereja yang sudah menjalankan pelayanan anak tidak didukung dengan guru-guru sekolah minggu yang kompeten. Mereka melakukan pelayanan ala kadarnya; tanpa persiapan, tanpa pikir panjang. Nah, dengan membaca buku ini saya tergerak untuk lebih banyak melibatkan diri dalam pelayanan anak. Pelajaran lain yang membekas dari buku ini adalah tentang Menggerakkan Kebangunan Rohani di Gereja. Setiap jemaat pasti merindukan adanya kegerakan rohani di gerejanya termasul saya. Melalui buku ini penulis mengingatkan bahwa kita bisa dipakai untuk mengobarkan semangat kebangunan rohani di gereja. Akan tetapi, hal ini harus dimulai dari diri sendiri dan keluarga. Kebangunan ini membutuhkan keterbukaan dan kedisiplinan yang besar. Di samping itu, kebangunan rohani harus diawali dengan sikap jujur di hadapan Tuhan dan orang lain. Dengan begitu, perlu adanya kerendahan hati, kebesaran jiwa dan kesungguhan untuk meninggalkan kemunafikan supaya Tuhan bisa bekerja lebih dahsyat lagi di dalam dan melalui kita.

Secara keseluruhan topik-topik yang ada dalam buku karya Ev. Daniel Alexander ini benar-benar membangun kerohanian saya. Saya mendorong Anda untuk membaca buku ini agar Anda pun memeroleh apa yang saya dapatkan dari buku ini.

Informasi buku:

Judul buku : Gereja yang Membumi -
Menghadirkan Tuhan dalam Gereja
Penulis : Ev. Daniel Alexander
Penerbit : (PBMR) ANDI, Yogyakarta 2005
Ukuran buku : 19,3 x 12 cm
Tebal : 101 halaman