Di Tempat Tertutup | GUBUK


Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs GUBUK

Di Tempat Tertutup


Kategori: Renungan

Diringkas oleh: Sri Setyawati

Bacaan: Matius 6:5

Di hampir segala bidang kehidupan, ada tekanan yang tiada henti-hentinya untuk berprestasi; mungkin kecuali doa. Tidak ada aturan ataupun rapor untuk doa. Bukan seperti orang-orang Farisi yang berdoa untuk mengesankan orang, Yesus justru mengatakan bahwa doa bukanlah kompetisi. Doa tidaklah dicatat dalam evaluasi performa di surga untuk dibicarakan.

Doa adalah komunikasi dengan Allah. Doa adalah cara kita mengekspresikan pemikiran, perasaan, keprihatinan, ketakutan, hasrat, pengharapan, dan pujian kita kepada Allah, Sang Pencipta semesta. Doa juga bisa berupa perasaan hati yang naluriah. Entah suatu kerinduan yang tak terucap, rasa terima kasih, rasa syukur, atau sikap.

Ide bahwa kita bisa berbicara langsung dengan Pencipta alam semesta mungkin tampaknya sedikit menakutkan pada mulanya. Setelah mendengar pendeta-pendeta yang berbakat atau pemimpin-pemimpin lainnya berdoa dengan kata-kata yang dirangkai sedemikian rumit, sering kali memperparah ketakutan kita.

Anda tidak perlu membanding-bandingkan doa Anda dengan orang lain. Ingatlah bahwa Allah tidak mencari kata-kata yang hebat dari Anda. Ia mencari kejujuran Anda. Bila Anda ingin menggunakan kata-kata yang muluk-muluk, silakan. Atau sebaliknya, jika tiba-tiba Anda tergagap-gagap, ini tidak menjadi soal. Apakah Anda memejamkan mata agar bisa lebih fokus? Bagus. Berdoa dengan mata terbuka? Tidak ada salahnya. Apakah Anda bersujud? Boleh. Yang terpenting dalam doa adalah bahwa Anda berbicara kepada Allah dari hati Anda. Katakanlah apa yang Anda pikirkan, apa yang memprihatinkan Anda, apa impian Anda, apa yang Anda syukuri.

Berdoalah bagi diri sendiri, keluarga Anda, teman-teman Anda, kolega, guru, pendeta, politikus, dan bahkan orang-orang yang tidak Anda kenal. Jangan takut memberitahu Allah bagaimana perasaan Anda. Dan jangan lupa untuk mendengarkan. Doa bukanlah komunikasi satu arah. Oleh sebab itu, pastikan Anda meluangkan waktu untuk mendengarkan Allah.

Bagaimana kalau hati Anda sedang sakit atau marah atau bingung? Doa-doa jujur merangkul emosi-emosi itu sama seperti sukacita, rasa syukur, dan kelegaan. Doa yang jujur adalah ekspresi apa yang ada di benak Anda sekarang ini.

Untuk menikmati percakapan Anda dengan Allah, cobalah mencari "tempat tertutup". Tempat tertutup itu bisa saja pojok rumah yang sepi, sebuah bangku di taman yang ada di dekat tempat kerja Anda, sebuah meja di kedai kopi, atau benar-benar tempat tertutup -- kamar Anda. Pilihlah suatu tempat yang dapat memberi Anda privasi dan menjadi tempat berdoa yang nyaman. Lalu pastikan bahwa Anda akan ada di sana untuk berdoa setiap hari. Dalam waktu yang terfokus itu, Anda akan lebih mengenal Allah maupun diri sendiri.

Tempat tertutup Anda juga bisa di dalam diri Anda sendiri. Anda bisa berdoa di mana pun dan dalam keadaan apa pun. Dengan menyadari kehadiran Allah sepanjang hari Anda, Anda dapat mengembangkan sikap pendoa. Dengan demikian, ketika menghadapi tantangan, menemukan suatu kebutuhan, atau mendengar kabar baik, Anda bisa langsung memanjatkan doa kepada Allah. Lain kali, Anda juga bisa kembali ke tempat doa Anda yang tertutup dan lebih khusyuk mendoakan keprihatinan atau pujian Anda.

Berdoalah dengan berani dan sesering mungkin. Bersikaplah apa adanya dan berterus teranglah mengungkapkan apa yang Anda rasakan dan pikirkan, lalu rangkullah keteduhan dan dengarkanlah jawaban-jawaban Allah.

Sebagai aplikasi saya akan:

  1. Belajar mengembangkan sikap pendoa.
  2. Mengetahui bahwa doa itu artinya berbicara dengan Allah.
  3. Ingin melewatkan waktu sendirian dalam doa setiap hari.
  4. Mengetahui bahwa Allah bukan saja mau mendengarkan saya, melainkan juga berbicara kepada saya.
  5. Mengekspresikan apa pun yang saya rasakan saat berdoa.
  6. Yakin bahwa doa-doa saya penting bagi Allah.
  7. Sadar di mana saya bisa berdoa secara privat.

Hal-hal yang harus dikerjakan:

  1. Memohon Allah mengajar saya lebih banyak tentang doa.
  2. Membaca Matius 6:5-13 dan menelaah apa yang dikatakan-Nya tentang doa.
  3. Memilih tempat sunyi di rumah saya, sehingga saya bisa menyendiri untuk berdoa.
  4. Meminta saran pendeta tentang bagaimana caranya berdoa.
  5. Menggunakan waktu istirahat untuk berdoa dan tidak makan siang sekali seminggu.
  6. Menciptakan catatan doa yang dapat Anda gunakan untuk menuliskan keprihatinan atau sukacita saya.
  7. Melengkapi catatan doa saya dengan catatan tentang kemajuan pribadi.

Ayat hafalan:
Matius 18:20, 1 Yohanes 5:14,
Matius 21:22, Markus 11:24,
Kisah Para Rasul 10:2, Mazmur 5:4,
Kisah Para Rasul 6:4, Mazmur 109:4,
1 Timotius 2:8, Ayub 33:26,
Yudas 20-21, dan Mazmur 54:4.

Diringkas dari:

Judul asli buku : Checklist for Life
Judul buku : Panduan Hidup
Penerjemah : Drs. Arvin Saputra
Penerbit : Interaksara, Batam
Halaman : 46 -- 51

Komentar