Teknik Asyik Membuat Resensi Buku | GUBUK


Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs GUBUK

Teknik Asyik Membuat Resensi Buku


Kategori: Artikel

Manfaat konkret yang kita serap dari membaca buku ternyata bukan pengetahuan atau gagasan penulis buku, melainkan kata-kata yang bermakna. Hanya dengan membaca, kita kemudian dapat memasukkan kata-kata tersebut dalam diri kita. Karena itu, semakin baik dan semakin kaya kosakata yang dimiliki sebuah buku, semakin baik pula kata-kata yang akan kita serap dan simpan.

Kata-kata yang kita serap dari kegiatan membaca dapat membantu kita untuk menata apa yang ingin kita sampaikan kepada orang lain. Selain itu, membaca dapat mendorong kita untuk berkomunikasi secara tertulis dengan penuh kedalaman dan keindahan. Namun, yang ingin disampaikan di sini bukan soal kesalingterkaitan membaca dan menulis, melainkan betapa pentingnya melanjutkan kegiatan membaca buku dengan menuliskan hal-hal yang diperoleh dari pembacaan tersebut. Hal ini yang disebut dengan menulis resensi buku.

Selain akan mengefektifkan kegiatan membaca, menulis resensi buku juga dapat melatih kita untuk mengungkapkan pemahaman terhadap sebuah gagasan secara tertulis. Selain itu, kegiatan ini juga akan membantu kita dalam merumuskan apa-apa yang kita pahami secara terstruktur.

Dengan cara yang mudah kita pahami, resensi adalah suatu paparan ringkas tentang manfaat sebuah buku. Melalui resensi buku, seseorang dapat mengenali manfaat buku secara cepat.

Namun, membuat resensi buku ini bukanlah pekerjaan yang ringan. Sebab peresensi perlu membaca buku secara tuntas dan total. Untuk mendukung hal tersebut, peresensi buku yang baik perlu sekali mengetahui konsep-konsep dan teknik-teknik membaca buku secara menyenangkan dan dapat pula mengambil hal-hal penting dari buku yang dibacanya. Hal tersebut bisa jadi dapat membantu Anda membuat resensi buku dengan menyenangkan pula.

Ada tiga macam teknik meresensi buku yang dapat Anda lakukan.

Teknik pertama disebut sebagai teknik "cutting and glueing". Dinamakan seperti itu lantaran yang digunakan dalam teknik ini hanyalah "memotong" dan "merekatkan" potongan-potongan tulisan. Potongan tersebut berupa materi yang ada di dalam buku yang menarik perhatian Anda. Anda tinggal menyalin kalimat-kalimat menarik yang mencerminkan isi buku yang ditulis oleh penulis buku yang Anda baca. Sebagaimana Anda mengliping sebuah koran, begitulah yang Anda lakukan dengan "memotong" materi buku yang Anda baca.

Yang dimaksud dengan "memotong" di sini adalah memindahkan materi buku, dalam artian, Anda menuliskan kembali kalimat-kalimat menarik yang ditulis oleh si penulis ke dalam catatan Anda. Bagian yang Anda potong bisa bagian depan, tengah, atau belakang. Yang penting, yang Anda "potong" benar-benar bagian yang menarik perhatian Anda dan menurut Anda merupakan gagasan inti yang disampaikan oleh si penulis buku.

Setelah merasa cukup mengumpulkan "potongan", pilihlah yang lebih sesuai dan kaitkanlah "potongan-potongan" itu. Inilah tahap "merekatkan" atau menempelkan. Ingat, jangan asal tempel saja. Anda perlu waspada ketika mengaitkan "potongan" (baca: gagasan) yang satu dengan "potongan" yang lain. Usahakan agar tetap si penulis sendiri yang bicara. Peran Anda dalam resensi itu hanya dalam konteks menyambungkan, mengalirkan, dan mengaitkan gagasan yang satu dengan gagasan yang lain.

Diri Anda terwakili oleh judul resensi yang akan Anda buat. Selain itu, Anda dapat memasukkan diri dalam kesimpulan atau kalimat pembuka resensi apabila Anda dapat memberikan komentar pendek atas gagasan yang Anda rangkai yang berasal dari tulisan si penulis.

Teknik "cutting and glueing" ini merupakan teknik yang paling sederhana dalam membuat resensi atau teknik berlatih membuat resensi (sekaligus berlatih menulis) yang paling elementer. Apabila seseorang rajin berlatih dengan teknik ini, dia dapat meningkatkan penulisan resensinya dengan menggunakan teknik kedua.

Teknik kedua ini dinamai teknik "focusing". Teknik ini berkaitan dengan kegiatan "memusatkan perhatian" kepada satu komponen yang disajikan oleh sebuah buku. Tapi pemusatan perhatian pada buku tetap berpangkal pada apa yang merupakan sesuatu yang menonjol, yang "eye catching", dan yang memang sangat-sangat menarik perhatian.

Kita dapat menemukan hal-hal yang menonjol dari sebuah buku, seperti tema buku. Bisa pula metode pembahasan yang digunakan penulis. Sampulnya, sosok pengarangnya, gaya penyajiannya, atau latar belakang penerbitan buku tersebut. Apa saja bisa diangkat. Namun, peresensi yang ingin menggunakan teknik ini perlu sekali memilih salah satu komponen yang ada di dalam buku yang memang sangat menarik.

Teknik ketiga dinamai teknik "comparing". Teknik ini mengajak seorang peresensi untuk melakukan pembandingan atas hal-hal yang ada di dalam buku tersebut. Caranya dengan tidak hanya membaca satu buku saja. Selain buku yang ingin diresensi, seorang peresensi perlu membaca setidaknya lebih dari dua buku yang mempunyai kesamaan, misal satu tema, satu penulis, dan lain-lain. Hal ini membantu peresensi untuk dapat membandingkan buku yang ingin diresensinya dengan buku lain yang dibacanya.

Meskipun proses pembandingan itu tidak langsung dan frontal, tapi dengan membaca banyak buku, peresensi dapat memiliki cakrawala yang luas dan dapat menemukan kelebihan ataupun kekurangan yang terdapat di dalam sebuah buku. Tentu, hasil resensi yang berasal dari penggunaan teknik ketiga ini akan lebih memperkaya pembaca resensi buku tersebut.

Diringkas oleh Puji Arya Yanti dari:

Judul buku : Quantum Reading
Judul bab : Teknik Asyiiik Membuat Resensi Buku
Editor : Hernowo
Penerbit : MLC, Bandung 2003
Halaman : 191 -- 199

Komentar