Di era digital, kebiasaan membaca bergeser dari media cetak ke layar, yang berdampak pada cara otak memproses informasi. Penelitian menunjukkan bahwa membaca secara digital dapat mengganggu konsentrasi dan mengurangi keterbacaan dibandingkan dengan membaca konvensional, meskipun kedua metode memiliki manfaat tersendiri. Oleh karena itu, penting untuk mengajarkan anak-anak tentang kedua cara membaca agar mereka dapat memahami informasi secara utuh dan memanfaatkan teknologi dengan bijak.
- era digital
- membaca konvensional
- proses keterbacaan
- teks digital
- teknologi
- aktivitas membaca
- keuntungan membaca
- Perubahan gaya hidup digital telah mengurangi minat membaca media cetak, menyebabkan penutupan kantor media cetak.
- Pembacaan digital dan konvensional memengaruhi proses keterbacaan dan ingatan, terutama saat mengingat kata kunci dari teks.
- Media digital sering kali mengganggu perhatian dengan iklan dan tautan, membuat informasi yang diterima tidak utuh.
- Dr. Maryanne Wolf menekankan pentingnya memahami perbedaan antara membaca digital dan konvensional, terutama dalam pendidikan anak-anak.
- Aktivitas membaca dari buku cenderung lebih baik untuk menyerap pemikiran penulis secara utuh daripada membaca melalui gawai.
Di era digital seperti sekarang ini, informasi datang berkelebatan. Membaca pada layar gawai kini telah menjadi gaya hidup, dan makin lama makin menggantikan aktivitas membaca secara konvensional. Tak heran jika kini banyak kantor media cetak yang tutup karena oplahnya menurun dari tahun ke tahun. Namun tahukah Anda, ada perbedaan yang terjadi pada otak saat membaca secara digital dan konvensional?
Sebuah penelitian yang dilansir dari laman The Next Web, Selasa (1/3/2016) mengungkap, kebiasaan orang yang telah lama membaca secara linear, yaitu membaca halaman per halaman pada media cetak atau buku yang kini tergantikan dengan media digital ternyata memengaruhi proses keterbacaan seseorang.
Misal saat seseorang membaca novel, hanya dengan membuka sub-bab atau halaman tertentu saja, seseorang masih bisa mengingat berbagai kata kunci dalam novel. Kata kunci inilah yang tersimpan dalam otak dan membantu seseorang mengingat keseluruhan cerita yang telah dibaca.
Berbeda saat Anda membaca menggunakan aplikasi pada gawai. Selain sinar layar gawai yang memengaruhi kerja mata dan otak saat membaca, berbagai iklan dan tautan yang kerap muncul juga akan memecah perhatian, sehingga informasi yang diterima tidak utuh.
Dr Maryanne Wolf, dalam penelitiannya yang berjudul Proust and The Squid: The Story and Science of the Reading Brain (2008) mengungkap, “Perbedaan antara teks digital dan konvensional harus dipelajari lebih dalam lagi. Perbedaan antara keduanya harus ditangani dalam dunia pendidikan, terutama mereka yang masih di usia sekolah. Tentu ada keuntungan antara dua cara membaca tersebut. Kita harus secara bersamaan mengajarkan anak-anak membaca dari buku dan pada saat yang bersamaan juga memberikan pengertian tentang pentingnya teknologi era digital.”
Membaca tentu menjadi aktivitas yang menyenangkan. Dari membaca seseorang bisa menjamah dunia dan mengarungi beragam pikiran banyak orang. Mengetahui informasi dengan cepat melalui membaca memang penting. Namun proses keterbacaan dengan menyerap pemikiran penulis secara utuh juga merupakan hal yang tak kalah penting. Dan itu lebih mudah dicapai secara konvensional.
| Diambil dari: | ||
| Nama situs | : | Liputan6.com |
| Alamat URL | : | http://lifestyle.liputan6.com/read/2448409/tantangan-membaca-di-era-digital-mana-lebih-unggul |
| Judul artikel | : | Tantangan Membaca di Era Digital, Mana Lebih Unggul? |
| Penulis artikel | : | Ahmad Ibo |
| Tanggal akses | : | 10 Januari 2017 |