Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs GUBUK
Literatur untuk Anak-Anak
Submitted by admin on 22 June, 2007 - 13:41
Kategori: Artikel
Setiap tahun, ribuan buku diterbitkan untuk pasaran anak-anak di Amerika, tetapi hanya sedikit yang ditulis oleh penulis Kristen. Bahkan dari persentase yang kecil tersebut, lebih sedikit lagi buku yang dapat dikategorikan sebagai buku bagus. Bagaimana para orang tua dan guru bisa memilih buku-buku baik yang ditulis sesuai dengan perspektif Kristen?
Sering kali, majalah-majalah keluarga Kristen menyertakan ulasan buku. Jadi, orang tua yang tidak memiliki waktu untuk lebih dahulu memilih bacaan bagi anak-anaknya dapat mengandalkan penerbit-penerbit buku Kristen yang telah membuktikan diri sebagai penghasil buku-buku yang baik bagi pembacanya, atau mengandalkan penerbit terkenal yang dapat dipercaya.
Banyak orang tua yang bertanya-tanya apakah mereka harus mengajar anak-anak mereka untuk memilih buku berdasarkan isinya atau cukup hanya dengan menganjurkan mereka memilih buku-buku yang disebut sebagai buku karangan penulis Kristen. Di satu sisi, ada banyak penulis Kristen hebat yang karyanya dengan sangat halus mencerminkan pandangan Kristen sehingga tulisan mereka tidak terlihat terlalu rohani. Di sisi yang lain, ada penulis Kristen yang karyanya sama sekali tidak mencerminkan penerapan kebenaran Alkitab dalam kehidupan nyata. Selain itu, ada juga penulis-penulis sekuler yang buku-bukunya berhasil menyampaikan nilai-nilai kebaikan atau hanya mengisahkan sebuah cerita yang menghibur dan tidak berbahaya. Buku-buku seperti itu juga tidak ada salahnya.
Para orang tua harus mendiskusikan isi buku dengan anak-anak mereka. Apa saja motivasi dari para tokohnya? Apakah mereka menunjukkan perbuatan-perbuatan Kristen? Di saat orang tua dan anak membicarakan isi buku dan mendiskusikan nilai-nilai di dalamnya, dampak bagi perkembangan moral mereka akan berlipat ganda. Namun, orang tua juga harus berhati-hati, jangan memaksakan adanya suatu pesan moral dalam setiap halaman buku tersebut. Beberapa karya memang bertujuan untuk menghibur saja dan memang haruslah tetap demikian.
Jika disusun dengan baik, semua jenis cerita bisa dinikmati oleh para pembaca muda. Misteri, petualangan, biografi, drama, puisi, dan fantasi harus ada di rak buku anak. Namun, sering kali beberapa orang tua dan guru agak khawatir dengan cerita yang berbau fantasi. Sekalipun sebenarnya "fantasi" dan "supranatural" hampir memiliki arti yang mirip, orang-orang Kristen biasanya menghubungkan fantasi dengan dongeng-dongeng, khayalan, dan binatang yang dapat berbicara, sedangkan supranatural dihubungkan dengan sihir, mantra, dan hantu. Banyak orang yang berpendapat keliru. Mereka menghindari buku seram tentang penyihir yang jahat, tetapi cerita sejenis yang menceritakan seekor ulat penyembah berhala yang kemudian berubah menjadi seekor kupu-kupu Kristen dianggap tidak apa-apa. Tolaklah buku-buku yang hanya menampilkan kejahatan dan cerita-cerita yang hanya menakut-nakuti pembacanya. Bacakan anak-anak Anda sebuah buku yang membuat mereka mengerti tentang kekuatan jahat, jangan buku yang menceritakan seekor binatang yang diberkati dengan suatu sifat rohani. Seorang anak dapat diyakinkan bahwa suatu hari nanti, Yesus akan menghancurkan si jahat, tetapi anak tersebut hendaknya juga "tidak diajari" fiksi tentang adanya seekor binatang surga.
Seorang anak membentuk imajinasinya di awal masa kanak-kanaknya. Di saat anak mencapai usia lima atau enam tahun, ia sudah dapat memisahkan kenyataan dari khayalan dan mengetahui ketika sesuatu itu "bohong-bohongan". Dalam tahap perkembangan anak, fantasi atau dongeng-dongeng seharusnya jangan dilarang untuk dibaca. Buku-buku itu adalah bahan bakar imajinasi.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah fiksi yang dikombinasikan dengan sebuah cerita dari Alkitab. Kebanyakan, tujuan dari penulis adalah untuk membawa pembaca dan menghubungkan mereka dengan tokoh-tokoh tersebut, dengan peristiwa-peristiwa yang tertulis dalam Alkitab. Namun dalam beberapa kasus, kebebasan penulis tersebut harus tetap dibatasi karena kecerobohan mereka sendiri! (Cerita Alkitab bagi anak-anak sering kali diceritakan dengan sudut pandang seekor keledai, merpati, atau domba. Anda dapat bercerita tentang binatang yang dapat berbicara, menyanyi, atau menari, tetapi Anda harus segera menarik garis tegas ketika binatang tersebut mulai berdoa atau menyembah!)
Pada rak buku anak, juga harus terdapat buku-buku yang memberikan pengetahuan tentang kehidupan anak-anak dari berbagai macam latar belakang kebudayaan. Tokoh-tokohnya memiliki beragam perilaku dengan kelemahan dan kelebihannya masing-masing. Jangan memberikan buku berisi pandangan-pandangan stereotip terhadap suatu suku atau budaya pada anak yang masih mudah terpengaruh, kecuali hal itu dapat membantu mereka untuk semakin mengenali suku atau budaya itu. Cerita-cerita misi harus dapat secara simpatik menunjukkan pemahaman budaya yang belum dikenal pembacanya.
Biografi orang-orang yang masih hidup, misalnya tokoh olahraga, pemimpin pemerintahan, dan ilmuwan merupakan alat mengajar yang bermanfaat. Ketika tokoh terkenal atau penting tersebut adalah orang Kristen yang benar-benar berani menunjukkan kekristenannya, cerita mereka dapat menjadi pendorong bagi para pembaca muda tersebut. Kata-kata dan tindakan dari orang yang diidolakan seorang anak juga dapat membuat anak meniru pengakuan iman sang idolanya tersebut. Di saat seperti itu, pembaca yang masih anak-anak membutuhkan bimbingan orang dewasa.
Orang dewasa juga harus memerhatikan apakah konsep buku tersebut sesuai dengan tingkat pemahaman anak. Banyak cerita yang ditulis dengan bagus sehingga cerita tersebut dapat dinikmati oleh beberapa tingkatan usia, misalnya seri fantasi "The Chronicles of Narnia" karya C.S Lewis. Di satu tingkat, cerita ini adalah cerita fantasi yang ditulis secara sederhana dan menarik. Di tingkat yang lain, cerita ini merupakan suatu referensi tentang kematian dan kebangkitan Kristus. Seorang anak jangan diharapkan mampu memahami penyimbolan tersebut dan orang dewasa jangan menghancurkan cerita yang baik dengan memaksakan penjelasan makna tingkat tinggi yang ada di setiap bagian cerita. Menemukan makna-makna baru saat membaca ulang buku-buku anak di kemudian hari merupakan satu kenikmatan tersendiri.
Orang tua juga harus bertanya apakah kosakata di dalamnya sesuai dengan tingkat usia pembaca. Setiap buku anak harus menyertakan sedikit kata yang menantang -- yang mengarahkan pembaca untuk membuka kamus untuk menambah kosakata mereka. Namun, terlalu banyaknya kata-kata yang demikian justru akan menimbulkan frustrasi.
Adakah referensi akan tempat lain atau waktu lain? Anak-anak mulai dapat memahami konsep waktu dan tempat kira-kira pada waktu kelas tiga. Sampai pada usia tersebut, frasa "pada zaman dahulu kala" dan "nun jauh di sana" sudah cukup.
Apakah bukunya terlalu panjang? Banyak anak yang susah untuk terus tertarik pada sebuah buku yang harus dibaca lebih dari sekali duduk. Cerita yang dapat dibaca satu bab pada satu kesempatan merupakan cara yang terbaik untuk anak-anak yang lebih besar karena mereka sudah dapat mengingat para tokoh dan peristiwa.
Apakah buku tersebut (dan juga ceritanya) menarik dan atraktif? Ilustrasi yang berwarna menambah daya tarik, khususnya bagi pembaca yang masih anak-anak, yang tergantung pada gambar-gambar untuk menjelaskan kata-katanya.
Setelah memerhatikan kriteria-kriteria ini, masih tersisa satu rintangan lagi, yaitu bagaimana supaya anak-anak dapat membaca buku-buku tersebut! Rintangan yang umum, yang masih dapat dihindari, adalah kurangnya kenyamanan, kurang adanya tempat membaca yang nyaman untuk anak. Orang tua yang ingin supaya anak-anaknya dapat membaca, harus mengatur tempat yang dapat menciptakan suasana yang mendorong semangat anak untuk membaca. Anak-anak harus memiliki rak buku mereka sendiri (lengkap dengan sebuah kamus kecil).
Segera ketika seorang anak berada pada level buku bergambar, dia dapat diajak ke perpustakaan umum atau perpustakaan gereja. Menerima kartu anggota perpustakaan untuk yang pertama kalinya dapat menjadi saat yang istimewa baginya. Beberapa perpustakaan umum memiliki program yang dapat pula digunakan oleh gereja, misalnya jam bercerita, nonton film, pertunjukan boneka, pentas seni, dan bahkan mengunjungi bintang tamu. Bantal-bantal lantai yang nyaman, sudut dan tempat membaca yang menarik akan membuat anak-anak tertarik untuk duduk dan membaca. Pajangan buku dan poster-poster yang berwarna-warni, alat-alat permainan, dan perabot rumah mainan, semuanya itu seolah mengatakan kepada anak-anak tersebut bahwa mereka diterima di perpustakaan itu.
Kita diajarkan di sekolah bahwa nenek moyang kita belajar membaca dengan membaca Alkitab, berkumpul mengelilingi lilin dalam ruangan yang berangin. Kenyataannya adalah kebanyakan para pendahulu kita buta huruf saat mereka beranjak dewasa. Pembaca yang masih anak-anak tetap dapat melakukan firman Tuhan, tetapi mereka dapat memulainya dengan membaca "buku cerita" Alkitab yang berilustrasi, khususnya yang diperuntukkan bagi anak-anak. "Alkitab Anak-anak" yang diperuntukkan bagi pembaca yang masih anak-anak, harus ditulis dengan kata-kata yang bisa dipahami oleh anak-anak, bukan yang dengan menggunakan versi sederhana bagi orang dewasa, yang kemudian diberi sampul merah muda atau biru. Anak-anak harus bisa melihat bahwa firman Tuhan memiliki arti bagi hidup mereka, dan mereka harus didorong untuk memahami tiap halamannya setiap hari. (t/Ratri)
Bahan diterjemahkan dari sumber:
Judul buku | : | The Complete Handbook for Children Ministry |
Judul artikel | : | Literature for Children: Apples of Gold |
Penulis | : | Dr. Robert J. Choun dan Dr. Michael S. Lawson |
Penerbit | : | Thomas Nelson Publishers, Nashville 1993 | Halaman | : | 195 -- 199 |
Dipublikasikan di Publikasi e-BinaAnak
URL : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/253
- Login to post comments
- 5530 reads