Lima Penyebab Kurangnya Minat Baca di Indonesia | GUBUK


Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs GUBUK

Lima Penyebab Kurangnya Minat Baca di Indonesia


Kategori: Artikel

Buku ada bermacam-macam jenisnya, ada buku pengetahuan, novel, dongeng, motivasi, travelling, dan lain sebagainya. Tiap-tiap jenis buku tersebut memiliki isi dan gaya bahasa yang berbeda-beda. Kata demi kata di dalam buku memiliki arti yang dapat mendeskripsikan suatu situasi yang dapat kita proyeksikan dalam imajinasi atau pikiran kita. Maka dari itu, lewat membaca buku, kita juga bisa merasakan banyak perasaan, baik itu rasa cinta, kesedihan, amarah, motivasi, kegembiraan, dan yang paling penting adalah kita juga bisa menimba ilmu seluas-luasnya.

Pada zaman globalisasi ini, buku memang dapat kita baca dengan fisiknya atau juga bisa dengan digital. Dengan demikian, kita bisa membaca buku kapan pun dan di mana pun. Namun, sayangnya, menurut Duta Baca Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Dari 61 negara, Indonesia menempati urutan ke-60 terkait dengan minat baca. Tatkala ada banyak dan mudahnya akses membaca buku sekarang ini, hal ini tentu menjadi sangat memprihatinkan.

Sebenarnya apakah yang menjadi penyebab dari kurangnya minat baca di Indonesia? Berikut adalah lima penyebab yang mungkin bisa kita renungkan dari rendahnya minat baca di Indonesia saat ini.

1. Lingkungan Sekitar

Lingkungan hidup di sekitar kita merupakan faktor penting dalam kehidupan karena secara tidak langsung, lingkungan sekitarlah yang membentuk kebiasaan kita. Lingkungan keluarga, misalnya. Lingkungan ini adalah yang paling dekat dengan kita. Jika lingkungan di keluarga kita saja sudah tidak membudayakan kebiasaan membaca, atau bahkan membeli buku pun tidak diperbolehkan, jika begitu, dari mana benih-benih minat membaca dapat tumbuh?

Apalagi, jika lingkungan pertemanan kita juga tidak gemar membaca. Setelah keluar rumah, ternyata teman sepergaulan kita adalah teman yang lebih suka pergi hang out ke mal daripada membaca. Sudah pasti kita akan cenderung lebih mengikuti teman kita untuk hang out dibanding pergi sendiri ke perpustakaan untuk membaca, bukan?

2. Generasi serba instan

Dari generasi Baby Boomers hingga generasi Z sekarang ini, kita dapat melihat perbedaan yang mendasar dari generasi dulu hingga sekarang. Semakin lama, generasi kita ini menginginkan segala sesuatunya serba cepat atau instan, dan mulai tidak menghargai proses. Padahal, membaca sebuah buku, baik dari yang tipis sampai yang tebal, semuanya pasti membutuhkan proses membaca. Halaman per halaman dan bab per bab harus kita lalui dan nikmati. Namun, bagian membaca inilah yang sulit untuk dilalui dan dinikmati oleh para generasi Z pada zaman sekarang ini. Mereka malas melakukan proses membaca untuk mengetahui suatu cerita dalam suatu buku. Akibatnya, mereka lebih cenderung hanya melihat sinopsis, review singkat di blog ataupun media sosial, lalu selebihnya mereka hanya akan menerka-nerka cerita tersebut. Singkatnya, jika mereka tidak membaca buku secara mendalam dan berproses, hasil yang akan mereka pahami juga pasti hanya akan asal tahu saja.

3. Gadget

Kembali lagi membicarakan generasi milenial, sekarang ini, anak bayi saja sudah mengenal gadget. Perilaku manusia dari anak bayi sampai orang dewasa jika sedang makan telah berubah karena tidak bisa terlepas dari gadget. Contohnya: anak bayi yang tidak bisa makan kalau tayangan kartun kesukaannya tidak diputar di hadapannya dengan gadget. Dan, sebenarnya, tidak hanya anak bayi, anak remaja dan dewasa pun banyak juga yang melakukan kegiatan makan sambil main gadget sekarang ini. Gadget pada zaman sekarang ini memang multifungsi, bisa untuk menonton televisi, bisa untuk berfoto-foto, dan yang pastinya bisa untuk bermain game sebagai sarana hiburan. Hanya dengan satu gadget kita bisa melakukan banyak hal sekaligus melupakan banyak hal.

4. Game Online dan media sosial

Game online ataupun aplikasi di dalam gadget sekarang ini, seperti Instagram, Facebook, atau aplikasi hiburan seperti Dubsmash, Musically, hingga TikTok, memang sedang marak di dunia maya. Baik anak kecil sampai orang dewasa, semuanya bermain game dan menggunakan aplikasi tersebut hampir setiap mereka memiliki waktu luang. Dan, lebih parahnya, banyak dari mereka menjadi kecanduan. Kalau sudah di tahap kecanduan yang tidak baik, kedua tangan mereka setiap harinya sibuk untuk bermain. Jangankan untuk menyentuh buku untuk membaca, untuk makan ataupun bersosialisasi dengan sesamanya pun terkadang mereka hampir lupa. Memang, game online dan aplikasi hiburan tersebut dapat berfungsi sebagai media untuk melepaskan penat dan stres setelah beraktivitas. Akan tetapi, terkadang kita lupa bahwa buku juga dapat menjadi media lain yang bisa membantu meredakan stres tanpa harus takut akan radiasi yang dikeluarkan dari gadget Anda.

5. Diri sendiri

Selain lingkungan dan teknologi canggih yang semakin menjauhkan kebiasaan kita dari membaca, ada faktor lain yang sebenarnya paling kuat dan menentukan tindakan kita, yaitu niat dalam diri kita sendiri.

Diri kita sendiri adalah faktor terpenting dalam melakukan sesuatu hal. Jika dalam diri sendiri saja kita tidak memiliki ketertarikan dalam membaca, jangankan membaca buku, menyentuh atau mendengar judul buku saja mungkin rasanya sudah malas dan mengantuk.

Maka dari itu, bibit-bibit minat baca sudah seharusnya ditanamkan sejak kita kecil. Sering kali, di sekolah, kita seperti dipaksa untuk membaca buku-buku text book demi mendapatkan nilai yang baik. Padahal, kalau kita sudah menanamkan dalam diri kita bahwa membaca adalah kegiatan yang menarik dan menyenangkan, pasti kita akan lebih mudah membaca buku, baik itu novel ataupun buku pelajaran. Sesungguhnya semuanya akan kembali lagi kepada diri sendiri, apakah kita memiliki niat untuk membaca atau tidak. Sebab, jika kita sudah tidak memiliki niat, pasti kita juga sudah tidak berminat.

Sekarang sudah mengerti kan mengapa minat baca di Indonesia memprihatinkan? Jadi, mulai sekarang, mari para orang tua sejak dini mulai menanamkan benih-benih membaca buku dengan mengajarkan anak-anaknya untuk berkenalan dan menyukai buku.

Diambil dari:
Nama situs : Gramedia Blog
URL : https://www.gramedia.com/blog/5-penyebab-kurangnya-minat-baca-di-indonesia/#gref
Judul artikel : Lima Penyebab Kurangnya Minat Baca di Indonesia
Penulis artikel : Fransisca Desfourina
Tanggal akses : 11 Desember 2018

Komentar