Berapa Kecepatan Membaca Anda? | GUBUK


Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs GUBUK

Berapa Kecepatan Membaca Anda?


Kategori: Artikel

Bagian ini berisi hal berikut:

  1. Rumus untuk mengukur kecepatan membaca
  2. Tes untuk mengukur kecepatan Anda sekarang

Pertanyaan ini barangkali merupakan jenis pertanyaan yang baru pertama kali Anda hadapi, yaitu "Berapa kecepatan membaca Anda?" Untuk menghitungnya, gunakan rumus dasar ini:

Jumlah kata yang dibaca dibagi jumlah detik untuk membaca dikalikan 60 = jumlah kpm (kata per menit)

Andaikata Anda membaca 1.600 kata dalam 3 menit dan 20 detik atau total 200 detik, maka kecepatan Anda adalah 1.600/200 x 60 = 8 x 60, atau 480 kpm

Untuk menghitung jumlah kata dalam bacaan yang Anda baca, hitung jumlah kata dalam lima baris dahulu lalu bagi lima. Hasilnya merupakan jumlah rata-rata per baris dari bacaan itu. Lalu hitung jumlah baris yang Anda baca, dan kalikan dengan jumlah rata-rata tadi, hasilnya merupakan jumlah kata yang Anda baca.

Misalnya:
Jumlah kata per baris rata-rata = 11
Jumlah baris yang Anda baca = 60
Jumlah kata yang Anda baca = 11 x 60 = 660 kata

Jika Anda membaca dalam 2 menit dan 10 detik, atau total 130 detik maka kecepatan Anda: (660 kata/130 detik) x 60 = 342 kata per menit.

Untuk mengetahui kecepatan membaca Anda pada saat ini, kami kutipkan sebagian tulisan di Intisari, Oktober 1981, yang bahasanya mudah dicerna oleh siapa pun yang dapat membaca.

Sebelum Anda mulai membaca, catat dahulu waktu mulai setepat-tepatnya. Dan setelah Anda menyelesaikan bacaan itu, segera lihat jam Anda dan catat setepat-tepatnya. Lalu Anda hitung, berapa menit dan detik. Kemudian teruskan mengecek pemahaman Anda dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah bacaan itu. Periksa jawaban Anda dengan jawaban yang ada di akhir pertanyaan pertanyaan tersebut. Sebelum mulai, Anda baca dahulu judul bacaan.

Waktu mulai: pukul ... lebih ... menit ... detik

Untuk Maju Kita Harus Melihat ke Depan

Siapa yang tidak mengenal Sutan Takdir Alisjahbana? Sejak berpuluh-puluh tahun murid SMP dan SMA diajarkan bahwa Takdir itu Pelopor Angkatan Pujangga Baru bersama-sama Amir Hamzah dan Armijn Pane.

Amir Hamzah sudah lama meninggal. Armijn Pane juga. Tetapi Takdir masih menikmati hidup ini dengan penuh optimisme. Umurnya kini 73 tahun. Tetapi otaknya tidak berhenti memikirkan gagasan-gagasan untuk masa depan.

Takdir sekarang bukan Takdir lulusan Hogere Kweekschool (Sekolah Pendidikan Guru) yang menjadi Direktur Kepala pada Balai Pustaka dan mengarang roman-roman seperti "Tak Putus Dirundung Malang", "Dian yang Tak Kunjung Padam", dan "Anak Perawan di Sarang Penyamun". Takdir sekarang adalah seorang Profesor Doktor yang menulis "Values as Integrating Forces in Personality", "Society and Culture" (suatu esei mengenal antropologi baru), di samping "Grotta Azzura" (1970) dan "Kalah dan Menang" (1978) yang dipenuhi gagasannya mengenal tanggung jawab manusia untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.

Kini ia Rektor Universitas Nasional di Jakarta, Ketua Akademi Jakarta, dan Ketua International Association For Act and the Future, di Toyabungkah, suatu tempat perenungan dan penciptaan bagi pecinta-pecinta seni yang terletak di tepi Danau Batur di Bali.

Takdir masih terus menulis untuk ceramah, seminar, dan untuk memenuhi permintaan media massa tentang berbagai soal dalam seni, bahasa, agama, ekonomi, pertanian, hukum, dan emansipasi perempuan, yang semuanya dilihat dari sudut filsafat kebudayaannya.

Tetapi Takdir dulu dan Takdir sekarang sama dalam kecintaannya pada keterbukaan pikiran, pada kesediaan belajar dan menerima nilai-nilai baru yang baik untuk kemajuan dan perdamaian, darimana juga asalnya.

Masa lalu baginya tidak berarti dibandingkan dengan masa depan. Karena itu, ia prihatin menyaksikan seniman-seniman yang menurut pendapatnya terkungkung individualismenya, yang merasa kewajibannya cuma melepaskan isi hatinya sendiri, yang tidak berminat menanggulangi krisis masyarakat dan kebudayaan yang mengancam masa depan dunia.

Menurut Takdir, krisis ini terjadi karena ilmu, teknologi, dan ekonomi berkembang dengan pesat, tetapi konsep-konsep dan kelakuan masyarakat serta kebudayaan manusia berkembang dengan lamban. Jadi, manusia harus digugah untuk maju. Kesempitan pikiran merupakan penghalang kemajuan. Manusia harus terbuka untuk gagasan-gagasan baru yang membawanya pada keadaan yang lebih baik.

Takdir berpendapat, seniman-seniman perlu mengikuti aliran-aliran yang disebut futurisme untuk menumbuhkan kreativitas baru tanpa terhambat oleh batas-batas negara.

Tentu tidak semua orang setuju dengan pendapat Takdir. Tetapi ia yakin ia berjalan di jalan yang benar. "Saya sudah biasa berjalan sendiri. Bukan sambil meratap, melainkan sambil bernyanyi", katanya di kantornya di Jalan Sahardjo di Jakarta. Kantor itu sederhana saja. Keempat dindingnya ditutupi rak penuh. Di meja ada buku dan beberapa kursi, juga penuh tumpukan buku. Buku-buku itu ada katalognya. Selain buku, di situ juga ada lukisan-lukisan tersandar. Di antaranya lukisan Toyabungkah dengan latar belakang Gunung Batur.

Waktu selesai: pukul ... lebih ... menit ... detik

Jadi lama membaca: ... menit ... detik

atau total = ... detik

Panjang bacaan: 520 kata

Jadi kecepatan membaca Anda:

520 (kata)/ ... detik X 60 = ... kpm (kata per menit)

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut, tanpa melihat kembali ke bacaan.

  1. S. Takdir Alisjahbana Pelopor Angkatan Pujangga Baru bersama:
    1. Amir Hamzah (B/S);
    2. Sanusi Pane (B/S);
    3. Armijn Pane (B/S).
  2. Umur STA menurut artikel ini:
    1. 63 th.;
    2. 73 th.;
    3. 75 th.
  3. STA pernah menjadi Kepala Balai Pustaka. (B/S)
  4. Roman STA sebelum 1970-an:
    1. Anak Perawan di Sarang Penyamun
    2. ...
    3. ...
  5. Tulisan STA post 1970-an:
    1. Values as Integrating Forces in Personality, Society and Culture.
    2. ...
    3. ...
  6. Waktu artikel ini ditulis STA:
    1. Rektor Unas
    2. Ketua Akademi

  7. Sifat STA menurut bacaan ini: ...
  8. STA berpendapat: Terhadap keadaan masyarakat seniman-seniman kita ...
  9. Menurut STA, iptek terlalu maju dibanding kesiapan masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat harus digugah. Untuk itu masyarakat perlu bersikap terbuka terhadap ...
  10. Untuk menumbuhkan kreativitas baru STA menganjurkan seniman-seniman kita mengikuti aliran ...
  11. STA orangnya tegar, ia biasa berjalan sendiri. Tidak dengan meratap tetapi sambil ...
    1. STA lahir di Bengkulu (B/S)
    2. Natal, Tapanuli, tempat ...
  12. Sewaktu di Bengkulu STA sekolah di ...
  13. STA dekat dengan alam, karena ada kenangan yang membekas di waktu dia masih di Bengkulu, yakni ...
  14. Sewaktu di HIS ia rajin belajar (B/S)
  15. Setamat HIS, STA meneruskan ke ...
  16. Sewaktu di Sekolah Guru STA banyak membaca. Ia terkesan dengan gubahan Curwoo: In God Owns Country, karena isinya tentang: ...
  17. STA mendapat angka 8 untuk ...
  18. Tahun 1925 STA sekolah di Hogere Kweekschool Bandung, pada saat itu ia mulai menulis romannya yang berjudul ...
  19. Di Bandung STA tertarik pada seorang guru: Schroo, karena buku yang ditulis Schroo berisi tentang ...

Jawaban yang benar:

    1. (B);
    2. (S);
    3. (B)
  1. 73 th.
    1. "Tak Putus Dirundung Malang"
    2. "Dian Yang Tak Kunjung Padam"
  2. Ketua Akademi Jakarta
    1. "Grotta Azzura"
    2. "Kalah dan Menang"
  3. Ketua Akademi Jakarta
  4. terbuka/mau maju/mau menerima nilai-nilai baru
  5. tertutup/acuh tak acuh
  6. kemajuan
  7. futurisme
  8. bernyanyi/gembira
    1. (S);
    2. kelahiran Takdir
  9. HIS
  10. kalau STA pulang kampung melewati kehijauan hutan
  11. (S)
  12. Kweekschool
  13. alam
  14. mengarang
  15. "Tak Putus Dirundung Malang"
  16. kehidupan alam

Berapa persen pemahaman Anda? Berapa persen?

Diambil dan diedit seperlunya dari:

Judul : Berapa Kecepatan Membaca
artikel Anda?
Judul buku : Speed Reading: Sistem
Membaca Cepat dan Efektif
Penulis : Soedarso
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta 2005
Halaman : 14 -- 17

Komentar